BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Peningkatan
mutu pendidikan di sekolah perlu didukung kemampuan manajerial para kepala sekolah. Sekolah perlu berkembang
maju dari tahun ke tahun. Kerena itu, hubungan baik antar guru perlu diciptakan
akan terjalin iklim dan suasana kerja yang kondusif dan menyenangkan. Demikian
halnya penataan penampilan fisik dan manajemen sekolah perlu dibina agar
sekolah menjadi lingkungan pendidikan yang dapat menumbuhkan kreatifitas.,
disiplin, dan semangat belajar peserta didik. Dalam kerangka inilah dirasakan
perlunya implementasi MBS.
Untuk
mengimplementasikan manajemen berbasis sekolah secara efektif dan efisien,
kepala sekolah perlu memiliki pengetahuan kepemimpinan, perencanaan, dan
pandangan luastentang sekolah dan pendidikan. Lebih lanjut lagi, kepala sekolah
dituntut untuk melakukan fungsinya sebagai menejer sekolah dalam meningkatkan
proses belajar-mengajar, dengan melakukan supervisi kelas, membina, dan
memberikan saran-saran positif kepada guru. Di samping itu, kepala sekolah juga
harus melakukan tukar pikiran, sumbang saran, dan studi banding antarsekolah
untuk menyerap kiar-kiat kepemimpinan dari kepala sekolah yang lain.
Dalam mengimplementasikan MBS secara
efektif dan efisen, guru juga harus berkreasi dalam meningkatkan manajemen
kelas. Guru adalah teladan dan panutan langsung para peserta didik di kelas.
Oleh karena itu, guru perlu siap dengan segala kewajiban, baik manajemen maupun
persiapan isi materi pengajaran.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas
didapat beberapa rumusan masalah, yaitu sebagai berikut.
1. Apa hakikat dari model strategi
implementasi manajemen pendidikan?
2. Apa saja model manajemen
pendidikan?
3. Seperti apa strategi implementasi
model manajemen Pendidikan?
1.3
Tujuan
Berdasarkan rumusan makalah di atas,
tujuan pembuatan makalah ini sebagai berikut.
Tujuan dari penulisan makalah ini,
yaitu sebagai bahan tambahan dalam mempermudah pembelajaran manajemen
pendidikan tentang implementasi manajemen pendidikan.
1.4
Manfaat
Berdasarkan tujuan di atas, didapat
manfaat menulisan makalah ini, yaitu sebagai berikut.
1. Membantu mahasiswa yang sedang
pempelajari manajemen pendidikan dalam memahami hakikat dari model strategi
implementasi manajemen pendidikan.
2. Membantu mahasiswa memahami model
manajemen pendidikan.
3. Membantu mahasiswa memahami
implementasi manajemen pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Model Strategi Implementasi Manajemen Pendidikan
Manajemen adalah organisasi yang
memiliki aktivitas-aktivitas pekerjaan tertentu dalam rangka mencapai tujuan
organisasi, sedangkan manajemen pendidikan adalah kerjasama untuk mencapai
tujuan pendidikan, seperti kita ketahui tujuan pendidikan itu merentang dari
tujuan yang sederhana sampai dengan tujuan yang kompleks bergantung lingkup dan
tingkat pengertian pendidikan mana yang dimaksud. Untuk mencapai tujuan inilah
kita harus mampu mengimplementasikan model dan strategi implementasi manajemen
pendidikan yang sesuai dengan tujuan yang hendak kita capai.
Implementasi merupakan penerapan,
model, dan strategi merupakan pola kegiatan yang diterapkan untuk mencapai
suatu tujuan.
Jadi, implementasi model dan
strategi implementasi manajemen pendidikan merupakan penerapan model dan
strategi yang diterapkan dalam proses manajemen pendidikan.
2.2
Model-Model Manajemen Pendidikan
2.2.1 Management By Objective (MBO)
2.2.1.1
Definisi MBO
Management by objective dapat juga
disebut sebagai manajemen berdasarkan sasaran. MBO merupakan sistem pengawasan
manajemen yang manajer dan karyawannya bersama-sama menetapkan sasaran yang
akan dicapai dalam jangka waktu tertentu dan mengadakan pertemuan secara
berkala untuk mengevaluasi kemajuan yang telah dicapai sesuai dengan sasaran
yang telah ditetapkan. MBO ini
juga merupakan metode penilaian kinerja karyawan yang berorientasi pada
pencapaian sasaran kerja. Pada metode MBO, setiap individu karyawan memiliki
sasaran kerjanya masing-masing, yang bersesuaian dengan sasaran kerja unitnya
untuk satu periode kerja. Penilaian kinerja dalam metode MBO dilakukan di akhir
periode mengacu pada realisasi sasaran kerja.
2.2.1.2 Tujuan MBO
MBO
bertujuan pada tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan manusia Indonesia secara
total yang dijiwai oleh falsafah Pancasila sehingga semua sumber-sumber
pendidikan harus diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut sebagai sasarannya.
Sebagai
pencapaian dari tujuan tersebut, MBO merumuskan fungsi-fungsi utama yang
dijabarkan dari sasaran atau tujuan sebagai berikut.
1) Fungsi-fungsi utama dijabarkan
menjadi tugas-tugas individu.
Kegiatan-kegiatan MBS (1)
Aktivitas yang berulang secara berkelanjutan, dimulai dari perencanaan dilanjutkan dengan mereview hingga tujuan tercapai.
Pekerjaan meliputi :
Memeriksa secara kritis hasil kerja, tingkat efektivitas dan efisiensi, kondisi kerja, tanggung jawab, dan motivasi kerja.
Kegiatan-kegiatan MBS (2)
Mereview hasil kerja dan merencanakan standar hasil dan target pekerjaan.
Mengadakan persetujuan tentang rencana peningkatan kerja.
Menciptakan kondisi kerja yang memungkinkan peningkatan kerja yang mencakup perbaikan struktur organisasi dan informasi pengawasan.
Kegiatan-kegiatan MBS (3)
Melaksanaan pemeriksaan hasil dan kemampuan secara individu.
Melakukan pembinaan perencanaan dan pelatihan manajer.
Memperkuat motivasi (seleksi personalia secara lebih efektif, rencana penggantian petugas, memberi hadiah dan mengatur kesejahteraan).
Kegiatan-kegiatan MBS (1)
Aktivitas yang berulang secara berkelanjutan, dimulai dari perencanaan dilanjutkan dengan mereview hingga tujuan tercapai.
Pekerjaan meliputi :
Memeriksa secara kritis hasil kerja, tingkat efektivitas dan efisiensi, kondisi kerja, tanggung jawab, dan motivasi kerja.
Kegiatan-kegiatan MBS (2)
Mereview hasil kerja dan merencanakan standar hasil dan target pekerjaan.
Mengadakan persetujuan tentang rencana peningkatan kerja.
Menciptakan kondisi kerja yang memungkinkan peningkatan kerja yang mencakup perbaikan struktur organisasi dan informasi pengawasan.
Kegiatan-kegiatan MBS (3)
Melaksanaan pemeriksaan hasil dan kemampuan secara individu.
Melakukan pembinaan perencanaan dan pelatihan manajer.
Memperkuat motivasi (seleksi personalia secara lebih efektif, rencana penggantian petugas, memberi hadiah dan mengatur kesejahteraan).
2) Keuntungan Manajemen Berdasarkan
Sasaran bagi Administrasi Personalia
Data personalia dan beserta hasil kerjanya dapat diperoleh secara berkelanjutan.
Kebutuhan pengembangan personalia berdasarkan data.
Mendapat dasar-dasar yang sehat untuk kenaikan pangkat dan pemberian balas jasa.
Data personalia dan beserta hasil kerjanya dapat diperoleh secara berkelanjutan.
Kebutuhan pengembangan personalia berdasarkan data.
Mendapat dasar-dasar yang sehat untuk kenaikan pangkat dan pemberian balas jasa.
3) Langkah-langkah Melaksanakan
Manajemen Berdasarkan Sasaran
Menentukan strategi pekerjaan (manajer).
Menentukan sasaran dan batas-batas tanggung jawab.
Menentukan target yang mencakup kriteria hasil, kualitas, dan batas waktu.
Menentukan ukuran mengoperasikan unit dan rencana tindakan.
Menentukan strategi pekerjaan (manajer).
Menentukan sasaran dan batas-batas tanggung jawab.
Menentukan target yang mencakup kriteria hasil, kualitas, dan batas waktu.
Menentukan ukuran mengoperasikan unit dan rencana tindakan.
4) Tahap
Pelaksanaan MBO
1. Tahap Persiapan, yaitu tahap menyiapkan
dokumen-dokumen serta data-data yang diperlukan.
2. Tahap Penyusunan, tahap ini menjabarkan tugas pokok
dan fungsi-fungsi setiap bagian dalam organisasi, agar seluruhnya terintegrasi
mencapai visi dan misi yang dicanangkan oleh instansi. Merumuskan keadaan
sekarang untuk membantu identifikasi dan antisipasi masalah atau hambatan serta
kemudahan-kemudahan.
3. Tahap Pelaksanaan, yaitu tahap dimana pelaksanaan
seluruh kegiatan dan fungsi manajemen secara menyeluruh seperti
pengorganisasian, pengarahan, pemberian semangat dan motivasi, koordinasi,
integrasi dan sinkronisasi.
4. Tahap Pengendalian, Monitor,
Evaluasi dan Penyesuaian, pada tahap ini bertujuan agar tercapainya tujuan dan
sasaran yang tertuang dalam rencana strategik melalui kegiatan keseluruhan
dalam pendidikan.
Contohnya: aktivitas pendidikan
dibatasi oleh tujuan pendidikan dan rambu-rambu lainnya yang dituangkan dalam
GBHN.
2.2.2 Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
2.2.2.1 Definisi MBS
Secara leksikal, MBS berasal dari
kita kata yaitu manajemen, berbasis, dan sekolah. Jadi, dapat disimpulkam MBS
adalah suatu manajemen yang menggunakan sumber daya secara efektif untuk
mencapai sasaran. Berbasis memiliki karta dasar basis yang berarti dasar atau asas.
Sekolah adalah lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan
memberikan pelajaran. Berdasarkan makna leksikal tersebut MBS dapat diartikan
sebagai penggunaan sumber daya yang berasaskan pada sekolah itu sendiri dalam
proses pengajaran atau pembelajaran.
Menurut Mulyasa, (2004:11) MBS
merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan
kebijaka n sekolah dalam rangka meningkatkan mutu dan efisiensi pendidikan agar dapat mengakomodasi
kenginginan masyarakat setempat serta menjalin kerjasama yang erat antara
sekolah, masyarakat, dan pemerintah.
Dalam konteks manajemen pendidikan
menurut MBS, berbeda dari manajemen pendidikan sebelumnya yang semua serba
diatur dari pemerintah pusat. Sebaliknya, manajemen pendidikan model MBS
ini berpusat pada sumber daya yang ada disekolah itu sendiri. Dengan
demikian, akan terjadi perubahan paradigma manajemen sekolah, yaitu yang
semula diatur oleh birokrasi di luar sekolah menuju pengelolaan yang
berbasis pada potensi internal sekolah itu sendiri.
2.2.2.2 Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Sepuluh prinsip Manajemen Berbasis
Sekolah.
1. Keterbukaan, yakni manajemen
dilakukan secara terbuka (transparan).
2. Kebersamaan, yakni manajemen
dilaksanakan secara bersama-sama oleh pihak sekoloah dan masyarakat.
3. Berkelanjutan, yakni manajemen
dilakukan secara berkesinambungan dan berkelanjutan tanpa dipengaruhi oleh
pergantian kepala sekolah.
4. Menyeluruh, artinya manajemen
dilakukan secara menyeluruh menyangkut seluruh komponen yang menjunjung dan
mempengaruhi pencapaian tujuan.
5. Pertanggung jawaban, berarti dapat
dipertanggung jawabkan ke orang tua/wali siswa, masyarakat, pemerintah dan
pihak-pihak yang berkepentingan.
6. Demokratis, yakni keputusan yang
diambil berdasarkan musyawarah antar komponen sekolah dengan masyarakat.
7. Kemandirian, yang sekolah memiliki
prakarsa atau inisiatif, dan inovasi dalam rangka mencapai tujuan.
8. Berorientasi pada mutu, artinya
upaya-upaya yang dilakukan sekolah selalu berdasarkan pada peningkatan mutu
pendidikan.
9. Pencapaian standar pelayanan minimal
(SPM) berarti manajemen sekolah tersebut untuk mencapai standar pelayanan
sekolah (SPM) secara total, bertahap dan berkelanjutan.
10. Pendidikan untuk semua, artinya
semua anak memiliki hak memperoleh layanan pendidikan yang sama.
(
Sukadi dalam majalah Fasilitator III, 2003:22 dikutip dari www.sarjanaku.com).
Menurut Nurkolis teori yang digunakan MBS untuk mengelola
sekolah didasarkan atas empat prinsip.
1. Prinsip ekuifinalitas (principle of
equifinality), yaitu prinsip yang didasarkan pada teori manajemen modern yang
berasumsi bahwa terdapat beberapa cara yang berbeda untuk mencapai tujuan. MBS
menekankan fleksibilitas sehingga sekolah harus dikelola oleh warga sekolah
menurut kondisi mereka masing-masing.
2. Prinsip desentralisasi (prinsiple of
decentralization), yaitu gejala yang penting dalam reformasi manaemen sekolah
modern. Prinsip desentralisasi ini konsisten dengan prinsip ekuifinalitas.
Prinsip desentralisasi dilandasi oleh teori dasar bahwa pengelolaan sekolah da
aktivitas pengajaran tak dapat dielakkan dari kesulitan dan permasalahan.
Pendidikan adalah masalah yang rumit dan kompleks sehingga memerlukan
desentralisasi dalam pelaksanaannya.
3. Prinsip pengelolaan mandiri
(principle of self managing system). MBS tidak mengingkari bahwa perlu mencapai
tujuan-tujuan berdasarkan suatu kebijakan yang telah ditetapkan, tetapi
terdapat berbagai cara yang berbeda-beda untuk mencapainya. MBS menyadari
pentingnya untuk mempersilahkan sekolah menjadi sistem pengelolaan secara mandiri
di bawah kebijakannya sendiri. Sekolah memiliki otonomi tertentu untuk
mengembangkan tujuan pengajaran, strategi manajemen, distribusi sumber daya
manusia dan sukmber daya lainnya dan mencapai tujuan sesuai dengan kondisi
mereka masing-masing.
4. Prinsip inisiatif manusia (principle
of human initiative) sejalan dengan perkembangan pergeakan hubungan antar
manusia dan pergerakan ilmu perilaku pada manajemen modern, orang mulai menaruh
perhatian serius pada pengaruh penting faktor manusia pada efektivitas organisasi.
Prinsip ini mengakui bahwa manusia bukanlah sumber daya yang statis melainkan
dinamis. Oleh karena itu, perlu digali, dan dikembangkan. Perspektif
sumber aya manusia menekankan bahwa orang adalah sumber daya berharga dalam
organisasi, sehingga poin utama manajemen adalah mengembnagkan sumber daya
manusia di dalam sekolah untuk berinisiatif. Berdasarkan prespektif ini maka
MBS bertujuan untuk membangun lingkungan yang sesuai untuk warga sekolah agar
dapat bekerja dengan aik dan mengembangkan potensinya (Nurkolis, 2005:55)
2.2.2.3
Strategi Implementasi MBS
Implementasi MBS akan berlangsung
secara efektif dan efisien apabila didukung oleh sumber daya manusia yang
professional untuk mengoprasikan sekolah, dan yang cukup agar sekolah mampu
menggaji staf sesuai dengan fungsinya, sarana dan prasarana yang memadai untuk
mendukung proses belajar mengajar, serta dukungan orang tua siswa atau
masyarakat yang tinggi.
Menurut Nurkolis, pada dasarnya
tidak ada satu strategi khusus yang jitu dan bisa menjamin keberhasilan
Implementasi MBS di semua tempat dan kondisi. Namun secara umum dapat
disimpulkan bahwa implementasi MBS akan berhasil melalui strategi-strategi
sebagai berikut.
- Sekolah harus memiliki otonomi terhadap empat hal, yaitu: otonomi dalam kekuasaan dan kewenangan, pengembangan pengetahuan dan keterampilan secara berkeseimbangan, akses informasi ke segala bagian, dan pemberian penghargaan kepada setiap pihak yang berprestasi atau berhasil.
- Adanya peran serta masyarakat secara aktif dalam hal pembiayaan, proses pengambilan keputusan terhadap kurikulum dan interuksional serta non-instruksional
- Adanya kepemimpinan sekolah yang kuat sehingga mampu menggerakkan dan mendayagunakan setiap sumber daya sekolah secara efektif terutama kepala sekolah harus menjadi sumber inspirasi atas pembangunan dan pengembangan sekolah secara umum.
- Adanya proses pengambilan keputusan yang demokratis dalam kehidupan dewan sekolah yang aktif.
- Semua pihak harus menyadari peran serta tanggung jawabnya secara sunggu-sungguh.
- Adanya quidelines dari Departemen pendidikan terkait sehingga mampu mendorong proses pendidikan di sekolah secara efektif dan efisien.
- Sekolah harus memiliki transparansi dalam laporan pertanggung jawaban setiap tahunnya.
- Penerapan MBS harus diarahkan untuk pencapaian kinerja sekolah dan lebih khusus lagi adalah meningkatkan pencapaian belajar siswa.
- Implementasi diawali dengan sosialisasi dari konsep MBS, identifikasi peran masing-masing, pembangunan kelembagaan, mengadakan pelatihan-pelatihan terhadap peran barunya, implementasi pada proses pembelajaran evaluasi atas pelaksanaan di lapangan, dan dilakukabn perbaikan-perbaikan (Nurkolis, 2005:132 – 134)
Sementara menurut Slamat P.H (2001)
(dikutip dalam Nurkolis, 2005:135) menjelaskan bahwa pelaksanaan MBS merupakan
proses yang berlangsung secara terus menerus dan melibatkan semua unsur yang
bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, strategi yang
ditempuh adalah sebagai berikut.
- Mensosialisasikan konsep MBS ke seluruh warga sekolah melalui seminar, diskusi, forum ilmiah, dan media masa
- Melakukan analisis situasi sekolah dan luar sekolah yang hasilnya berupa tantangan nyata yang harus dihadapi oleh sekolah dalam rangka mengubah manajemen berbasis pusat ke MBS.
- Merumuskan tujuan situasional yang akan dicapai dari pelaksanaan MBS, berdasarkan tantangan yang dihadapi.
- Mengidentifikasi fungsi-fungsi yang perlu diperlukan untuk mencapi tujuan situasional dan yang masih perlu diteliti tingkat kesiapan
- Menentukan tingkat kesiapan setiap fungsi dan faktor-faktor nyata melalui analisis.
- Memilih langkah-langkah pemecahan persoalan yakni tindakan yang diperlukan untuk mengubah fungsi yang tidak siap menjadi fungsi yang siap.
- Membuat rencana jangka pendek, menengah, panjang beserta program-programnya untuk merealisasikan rencana tersebut.
- Melaksanakan program-program untuk merealisasikan rencana jangka pendek MBS
- Melakukan penentuan terhadap proses dan evaluasi terhadap hasil MBS (Nurkolis, 2004:136)
- Sehubungan dengan implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam rangka desentralisasi pendidikan di Indonesia, maka keberhasilan implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sedikitnya dapat dilihat dari tiga dimensi yaitu efektivitas, efisiensi dan produktivitas (Mulyasa, 2004:81)
Efektivitas berkaitan erat dengan
perbandingan antara tingkat pencapai tujuan dengan rencana yang telah disusun
sebelumnya, atau perbandingan hasil nyata dengan hasil yang direncanakan.
Efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sebagaimana efektivitas pendidikan
pada umumnya, berarti bagaimana Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) berhasil
melaksanakan semua tugas pokok sekolah, manjalin partisipasi masyarakat,
mendapat dan memanfaatkan sumber dana, sumber daya, dan sumber belajar
(sarana dan prasarana) untuk mewujudkan tujuan sekolah. Efisiensi yakni
perbandingan antara input atau sumber daya dengan output. Artinya suatu
kegiatan dikatakan efisien jika tujuan dapat dicapai secara optimal dengan
penggunaan sumber daya yang minimal. Sedangkan produktivitas dalam dunia
pendidikan yakni keseluruhan minimal. Sedangkan produktivitas dalam dunia
pendidikan yakni keseluruhan proses penataan dan penggunaan sumber daya untuk
mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Jadi, implementasi
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di samping dilihat dari segi efektivitas, juga
perlu dianalisi dari segi efisiensi untuk melihat produktivitas.
Lebih lanjut Mulyasa (2004:59)
mengemukakan, agar impelementasi Menejemen Berbasis Sekolah (MBS) dapat
diterapkan secara menyeluruh di Indonesia pada umumnya dan di
kabupaten/propinsi pada khususnya terkait kondisi sekolah pada saat krisis
sekarang ini sangat bervariasi di lihat dari segi kualitas, lokasi sekolah dan
partisipasi masyarakat (orang tua). Dan kondisi inilah tampaknya yang akan
menjadi permasalahan yang rumit dan harus di prioritaskan penyelesaiannya pasca
krisis. Oleh karena itu, agar manejemen berbasis sekolah (MBS) dapat di
implementasikan secara optimal, baik krisis maupun pada pasca krisis dimasa
mendatang, perlu adanya strategi dalam penerapannya.
1) Pengelompokan Sekolah
Dalam rangka implementasi Menejemen
Berbasis Sekolah (MBS) perlu dilakukan pengelompokan sekolah berdasarkan
kemampuan menejemen dengan mempertimbangkan kondisi, lokasi dan kualitas
sekolah. Dalam hal ini ditemukan tiga kategori sekolah, yaitu baik, sedang, dan
kurang yang tersebar di lokasi-lokasi maju, sedang, dan ketinggalan. Kondisi di
atas mengisyaratkan bahwa tingkat kemampuan menejemen sekolah untuk
mengimplementasikan menejemen berbasis sekolah (MBS) berbeda satu kelompok
sekolah dengan kelompok lainnya. Kelompok-kelompok sekolah tersebut dapat
digambarkan seperti tabel berikut.
Tabel 1. Kelompok Sekolah Dalam MBS
Tabel 1. Kelompok Sekolah Dalam MBS
Kemampuan
sekolah
|
Kepala
sekolah dan guru
|
Partisipasi
masyarakat
|
Pendapatan
daerah dan orang tua
|
Anggaran
sekolah
|
1. Sekolah dengan kemampuan manajemen
tinggi
|
Kepala sekolah dan guru kompetensi
tinggi (termasuk kepemimpinan)
|
Partisipasi masyarakat tinggi
(termasuk dukungan dana)
|
Pendapatan daerah dan orang tua
tinggi
|
Anggaran sekolah di luar anggaran
pemerintah besar
|
2.
Sekolah dengan kemampuan manajemen sedang
|
Kepala sekolah dan guru kompetensi
sedang (termasuk kepemimpinan)
|
Partisipasi masyarakat sedang
(termasuk dukungan dana)
|
Pendapatan daerah dan orang tua
sedang
|
Anggaran sekolah di luar anggaran
pemerintah sedang
|
3.
Sekolah dengan kemampuan manajemen rendah
|
Kepala sekolah dan guru kompetensi
rendah (termasuk kepemimpinan)
|
Partisipasi masyarakat rendah
(termasuk dukungan dana)
|
Pendapatan daerah dan orang tua
rendah
|
Anggaran sekolah di luar anggaran
pemerintah kesil atau tidak ada
|
2) Pentahapan implementasi menejemen berbasis sekolah (MBS)
Sebagai suatu paradigma baru dalam dunia pendidikan, selain
perlu memperhatikan kondisi sekolah, implementasi MBS juga memerlukan
pentahapan yang tepat atau harus dilakukan secara bertahap. Penerapan Menejemen
Berbasis Sekolah (MBS) secara menyeluruh sebagai realisasi desentralisasi
pendidikan memerlukan perubahan-perubahan mendasar terhadap aspek-aspek yang
menyangkut keuangan, ketenagaan, kurikulum, sarana dan prasarana, serta
partisipasi masyarakat.
Dalam kaitannya dengan pertahapan impelementasi menejemen
berbasis sekolah (MBS) ini, secara garis besar, fattah, 2000 (dikutip mulyasa,
2004:62 ) membaginya menjadi tiga tahap yaitu: sosialisasi, piloting, dan
desiminasi.
Tahap sosialisasi merupakan tapahan penting mengingat
masyarakat Indonesia pada umumnya tidak mudah menerima perubahan, tahap
piloting merupakan tahap uji coba agar penerapan Menejemen Berbasis Sekolah
(MBS) tidak mengandung resiko, efektivitas model uji coba memerlukan persyaratan
dasar, yiatu akseptabilitas, akuntabilitas, reflikabilitas dan sustainabilitas.
Tahap poling merupakan tahap uji-coba agar penerapan konsep
MBS tidak mengandung risiko. Efektifitas model uji-coba ini memerlukan
persyaratan dasar, yaitu akseptabilitas, akuntabilitas, reflikabilitas, dan
sustainabilitas. Akseptabilitas artinya adanya penerimaan dari para tenaga
kependidikan, khususnya guru dan kepala sekolah. Akuntabilitas artinya program
MBS harus dapat dipertanggungjawabkan, baik secara konsep, operasional,
pendanaannya. Reflikabilitas artinya model MBS yang diuji-cobakan dapat
direfleksikan di sekolah lain sehingga perlakuan yang diberikan kepada sekolah
uji-coba dapat dilaksanakan di sekolah lain. Sustainbilitas artinya program
tersebut dapat dijaga kesimangbungannya setelah uji0coba dilaksanakan.
Tahap diseminasi merupakan tahapan memasyarakatkan model
menejemen MBS yang telah di uji cobakan ke berbagai sekolah agar dapat
mengimplementasikannya secara efektifitas dan efisien.
3) Perangkat implementasi Menejemen Berbasis Sekolah
3) Perangkat implementasi Menejemen Berbasis Sekolah
Implementasi Menejemen Berbasis Sekolah (MBS) memerlukan
seperangkat peraturan dan pedoman-pedoman (guidelines) umum yang dapat dipakai
sebagai pedoman dalam perencanaan, monitoring dan evaluasi serta laporan
pelaksanaan. Prangkat implementasi ini diperkenalkan sejak awal, melalui
pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan sejak pelaksanaan jangka pendek.
Rencana sekolah meruppakan salah satu perangkat terpenting
dalam pengelolaan MBS. Rencana sekolah merupakan perencanaan sekolah untuk
jangka waktu tertentu yang disusun oleh sekolah sendiri bersama dewan sekolah.
Adapun yang terkandung dalam rencana tersebut adalah visi dan misi sekolah,
tujuan sekolah, dan prioritas-prioritas yang akan dicapai, serta
strategi-strategi untuk mencapainya.
4)
Tujuan dan Alasan Implementasi
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
a. Tujuan Implementasi Menejemen Berbasis Sekolah
a. Tujuan Implementasi Menejemen Berbasis Sekolah
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan salah satu upaya
pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangas dalam penguasaan ilmu
pengetahuan dan tidak teknologi. Manajemen Berbasis Sekolah yang ditandai
dengan otonomi sekolah dan pelibatan masyarakat merupakan respons pemerintah
terhadap gejala-gejala yang muncul di masyarakat, bertujuan untuk meningkatkan
efisiensi, mutu dan pemerataan pendidikan.
Peningkatan efisiensi, dapat diperoleh melalui keleluasaan
mengelola sumber daya, partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi.
Sementara peningkatan mutu, dapat diperoleh melalui partisipasi orang tua
terhadap sekolah, fleksibilitas pengelolaan sekolah dan kelas, peningkatan
profesionalisme guru dan kepala sekolah, dan berlakunya sistem intensif dan
disintensif. Sedangkan partisipasi masyarakat memungkinkan pemerintah lebih
berkonsentrasi pada kelompok tertentu. Hal ini dimungkinkan karena pada
sebagian masyarakt tumbuh rasa kepemilikikan yang tinggi terhadap sekolah.
Sementara Suryosubroto (2004:2006 dikutip dari
www.sarjanaku.com) menjelaskan bahwa konsep Manajemen Berbasis Sekolah memiliki
tujuan untuk meningkatkan efektifitas, efisiensi, mutu, dan peningkatan
pemerataan pendidikan.
Sementara itu, Nurkolis (2005:23) menjelaskan bahwa tujuan
implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah untuk kualitas
pembelajaran, kualitas Kurikulum, kualitas sumber daya manusia baik guru maupun
tenaga kependidikan lainnya, dan kualitas pelayanan secara umum. Bagi sumber
daya manusia, peningkatan kualitas bukan hanya meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya, melainkan meningkatkan kesejahteraannya pula.
b. Alasan Implementasi Menejemen Berbasis Sekolah
b. Alasan Implementasi Menejemen Berbasis Sekolah
Menurut bank dunia (dalam Nurkolis dikutip dari
www.sarjanaku.com) terdapat beberapa alasan diterapkannya MBS, yaitu alasan
ekonomis, politis, profesional, efisiensi administrasi finansial, prestasi
siswa, akuntabilitas, dan efektivitas sekolah.
Alasan ekonomis seperti dijelaskan Nurkolis mengutip
pendapatnya King dan Ozler (1998) bahwa manajemen total dirasakan lebih
efektif, karena semakin ketingkat lokal keputusan diambil, semakin besar
kedekatan mereka dengan para pelanggan.
Alasan politis, MBS sebagai bentuk reformasi desentralisasi
yang mendorong adanya partisipasi demokratis kestabilan politik. Alasan
profesional bahwa tenaga kerja sekolah harus berpengalaman dan memiliki
keahlian untuk membuat keputusan pendidikan yang paling sesuai untuk sekolah
terutama untuk para siswa.
Alasan efisiensi administrasi karena pengalokasian sumber
daya dilakukan oleh sekolah itu sendiri. Data efisiensi administrasi juga
didapat apabila partisipan lokal membuat keputusan sendiri. Alasan finansial,
karena MBS dapat dijadikan alat untuk meningkatkan sumber pendanaan lokal.
Alasan prestasi siswa, peningkatan prestasi belajar siswa
terjadi apabila orang tua siswa atau guru tetapi otoritas dari sekolah,
maka iklim sekolah atau berubah dalam mendukung pencapaian prestasi siswa.
Alasan akuntabilitas sekolah, akan terjadi apabila ada
keterlibatan aktor-aktor sekolah dalam pengambilan keputusan dan pelaporannya.
Alasan efektifitas sekolah, penerapan manajemen berbasis
sekolah juga untuk mewujudkan sekolah efektif. Mereka mengeksploitasi bagaimana
MBS mengarah pada peningkatan karakteristik kunci sekolah efektif yang meliputi
kepemimpinan yang kuat, guru-guru yang terampil dan memiliki komitmen,
meningkatkan fokus pada pembelajaran dan rasa tanggung jawab terhadap hasil.
(Nurkolis, 2004:23).
2.2.3 Manajemen
Strategik
2.2.3.1
Definisi Manajemen Strategik
Manajemen Strategik merupakan
rangkaian dua perkataan terdiri dari kata “Manajemen” dan “Strategik” yang
masing-masing memiliki pengertian tersendiri, yang setelah dirangkaikan menjadi
satu terminologi berubah dengan memiliki pengertian tersendiri pula.
Menurut Hadari Nawawi (2005:148-149
dikutip dari lib.uin-malang.ac.id), pengertian manajemen strategik
ada 4 (empat). Pengertian pertama Manajemen Strategik adalah “proses atau rangkaian kegiatan pengambilan
keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai penetapan cara
melaksanakannya, yang dibuat oleh manajemen puncak dan dimplementasikan oleh
seluruh jajaran di dalam suatu organiasasi, untuk mencapai tujuannya”. Dari
pengertian tersebut terdapat beberapa aspek yang penting, yaitu sebagai berikut.
(a) Manajemen Strategik merupakan proses pengambilan
keputusan.
(b) Keputusan yang ditetapkan bersifat mendasar
dan menyeluruh yang berarti berkenaan dengan aspek-aspek yang penting
dalam kehidupan sebuah organisasi, terutama tujuannya dan cara melaksanakan
atau cara mencapainya.
(c) Pembuatan keputusan tersebut harus dilakukan
atau sekurang-kurangnya melibatkan pimpinan puncak (kepala
sekolah), sebagai penanggung jawab utama pada keberhasilan atau
kegagalan organisasinya.
(d)
Pengimplementasian keputusan tersebut
sebagai strategi organisasi untuk mencapai tujuan strategiknya dilakukan oleh
seluruh jajaran organisasi (warga sekolah), seluruhnya harus mengetahui dan
menjalankan peranan sesuai wewenang dan tanggung jawab masing-masing.
(e) Keputusan yang ditetapkan manajemen puncak
(kepala sekolah) harus diimplementasikan oleh seluruh warga sekolah
dalam bentuk kegiatan/pelaksanaan pekerjaan yang terarah pada tujuan strategik
organisasi.
Pengertian manajemen strategik yang
kedua adalah “usaha manajerial
menumbuhkembangkan kekuatan organisasi untuk mengeksploitasi peluang yang
muncul guna mencapai tujuannya yang telah ditetapkan sesuai dengan misi yang
telah ditentukan”. Dari pengertian tersebut terdapat konsep yang
secara relatif luas dari pengertian pertama yang menekankan bahwa
“manajemen strategik merupakan usaha manajerial menumbuhkembangkan
kekuatan organisasi”, yang mengharuskan kepala sekolah dengan atau
tanpa bantuan manajer bawahannya (Wakil Kepala Sekolah, Pembina Osis, Kepala
Tata Usaha), untuk mengenali aspek-aspek kekuatan organisasi yang sesuai dengan
misinya yang harus ditumbuhkembangkan guna mencapai tujuan strategik yang telah
ditetapkan. Untuk setiap peluang atau kesempatan yang terbuka harus
dimanfaatkan secara optimal.
Pengertian yang ketiga, Manajemen
Strategik adalah “arus keputusan dan
tindakan yang mengarah pada
pengembangan strategi yang
efektif untuk membantu mencapai tujuan organisasi”.
Pengertian ini menekankan bahwa arus keputusan dari para pimpinan organisasi
(Kepala Dinas, Kepala Sekolah) dan tindakan berupa pelaksanaan keputusan, harus
menghasilkan satu atau lebih strategis, sehingga dapat memilih yang paling
efektif atau yang paling handal dalam usaha mencapai tujuan organisasi.
Pengertian yang keempat, “manajemen strategik adalah perencanaan
berskala besar (disebut Perencanaan Strategik) yang berorientasi pada jangkauan
masa depan yang jauh (disebut VISI), dan ditetapkan sebagai
keputusan manajemen puncak (keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipil),
agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (disebut MISI), dalam
usaha menghasilkan sesuatu (Perencanaan Operasional) yang
berkualitas, dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut
Tujuan Strategik) dan berbagai sasaran (Tujuan Operasional)
organisasi.” Pengertian yang cukup luas ini menunjukkan
bahwa Manajemen Strategik merupakan suatu sistem yang sebagai satu
kesatuan memiliki berbagai komponen yang saling berhubungan dan saling
mempengaruhi, dan bergerak secara serentak ke arah yang sama pula.
Komponen pertama adalah Perencanaan
Strategik dengan unsur-unsurnya yang terdiri dari Visi, Misi, Tujuan Strategik
organisasi. Sedang komponen kedua adalah Perencanaan Operasional dengan
unsur-unsurnya adalah Sasaran atau Tujuan Operasional, Pelaksanaan fungsi-fungsi
manajemen berupa fungsi pengorganisasian, fungsi pelaksanaan dan fungsi
penganggaran, kebijaksanaan situasional, jaringan kerja Internal dan eksternal,
fungsi kontrol dan evaluasi serta umpan balik.
Di
samping itu dari pengertian Manajemen Strategik yang terakhir, dapat
disimpulkan beberapa karakteristiknya sebagai berikut.
a. Manajemen Strategik diwujudkan dalam
bentuk perencanaan berskala besar dalam arti mencakup seluruh komponen di
lingkungan sebuah organisasi yang dituangkan dalam bentuk Rencana Strategik
(RENSTRA) yang dijabarkan menjadi Perencanaan Operasional (RENOP),
yang kemudian dijabarkan pula dalam bentuk program-program kerja.
b. Rencana Strategik berorientasi pada
jangkauan masa depan ( 25 – 30 tahun). Sedang Rencana Operasionalnya ditetapkan
untuk setiap tahun atau setiap lima tahun.
c. VISI, MISI, pemilihan strategik yang
menghasilkan Strategi Utama (Induk) dan Tujuan Strategik Organisasi
untuk jangka panjang, merupakan acuan dalam merumuskan RENSTRA,
namun dalam teknik penempatannya sebagai keputusan Manajemen Puncak secara
tertulis semua acuan tersebut terdapat di dalamnya.
d. RENSTRA dijabarkan menjadi RENOP
yang antara lain berisi program-program operasional.
e. Penetapan RENSTRA dan RENOP harus
melibatkan Manajemen Puncak (Pimpinan) karena sifatnya sangat mendasar dalam
pelaksanaan seluruh misi organisasi.
f. Pengimplementasian Strategi dalam
program-program untuk mencapai sasarannya masing–masing dilakukan melalui
fungsi-fungsi manajemen yang mencakup pengorganisasian, pelaksanaan,
penganggaran dan kontrol.
2.2.3.2 Dimensi-Dimensi
Manajemen Strategik
Berdasarkan pengertian dan
karakteristiknya dapat disimpulkan bahwa Manajemen Strategik memiliki beberapa
dimensi atau bersifat multidimensional. Dimensi-dimensi tersebut sebagai
berikut.
a.
Dimensi
Waktu dan Orientasi Masa Depan
Manajemen Strategik dalam
mempertahankan dan mengembangkan eksistensi suatu organisasi berpandangan jauh
ke masa depan, dan berperilaku proaktif dan antisipatif terhadap kondisi masa
depan yang diprediksi akan dihadapi. Antisipasi masa depan tersebut dirumuskan
dan ditetapkan sebagai Visi organisasi yang akan diwujudkan 25–30
tahun lebih di masa depan. Menurut Hadari Nawawi (2005: 155), Visi
dapat diartikan sebagai “kondisi ideal
yang ingin dicapai dalam eksistensi organisasi di masa depan”.
Sehubungan dengan itu Misi
organisasi pada dasarnya berarti keseluruhan tugas pokok yang dijabarkan dari
tujuan strategik untuk mewujudkan visi organisasi.
b.
Dimensi
Internal dan Eksternal
Dimensi Internal adalah kondisi pendidikan
saat sekarang, seperti kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan yang harus
diketahui secara tepat. Untuk itu perlu dilakukan kegiatan EVALUASI DIRI antara
lain dengan menggunakan Analisis Kuantitatif dengan menggunakan
perhitungan-perhitungan statistik, menggunakan data kuantitatif yang
tersedia di dalam Sistem Informasi Manajemen (SIM). Namun kerap kali data
kuantitatif tidak memadai, karena lemahnya SIM dalam mencatat, mencari,
melakukan penelitian dan mengembangkan data pada masa lalu. Oleh karena itu,
kita dapat menggunakan Analisis SWOT.
Dimensi lingkungan eksternal pada
dasarnya merupakan analisis terhadap lingkungan sekitar organisasi (sekolah),
yang terdiri dari Lingkungan Operasional, Lingkungan Nasional dan Lingkungan
Global, yang mencakup berbagai aspek atau kondisi, antara lain kondisi sosial
politik, sosial ekonomi, sosial budaya, kemajuan dan perkembangan ilmu dan
teknologi, adat istiadat, agama, dll. Pengimplementasian Manajemen Strategik
perlu mengidentifikasi dan mendayagunakan kelebihan atau kekuatan dan mengatasi
hambatan atau kelemahan organisasi.
c.
Dimensi
Pendayagunaan Sumber-Sumber.
Manajemen strategik sebagai kegiatan
manajemen tidak dapat melepaskan diri dari kemampuan mendayagunakan berbagai
sumber daya yang dimiliki, agar secara terintegrasi terimplementasikan dalam
fungsi-fungsi manajemen ke arah tercapainya sasaran yang telah ditetapkan di
dalam setiap RENOP, dalam rangka mencapai Tujuan Strategik melalui pelaksanaan
Misi untuk mewujudkan Visi Organisasi (sekolah).
Sumber daya yang ada terdiri dari
Sumber Daya Material khususnya berupa sara dan prasarana, Sumber Daya finansial
dalam bentuk alokasi dana untuk setiap program, Sumber Daya Manusia, Sumber
Daya Teknologi dan Sumber Daya Informasi. Semua sumberdaya ini dikategorikan
dalam sumber daya internal, yang dalam rangka evaluasi diri (Analisis Internal)
harus diketahui dengan tepat kondisinya.
d.
Dimensi
Keikutsertaan Manajemen Puncak (Pimpinan)
Manajemen strategik yang dimulai
dengan menyusun Rencana Strategik merupakan pengendalian masa depan organisasi,
agar eksistensi sesuai dengan visinya dapat diwujudkan. Rencana Strategik harus
mampu mengakomodasi seluruh aspek kehidupan organisasi yang berpengaruh pada
eksistensinya di masa depan merupakan wewenang dan tanggung jawab manajemen
puncak. Rencana Strategik sebagai keputusan utama yang prinsipil, tidak saja
ditetapkan dengan mengikutsertakan, tetapi harus dilakukan secara proaktif oleh
manajemen puncak, karena seluruh kegiatan untuk merealisasikannya merupakan
tanggung jawabnya.
e.
Dimensi
Multi Bidang
Manajemen Strategik sebagai Sistem,
pengimplementasiannya harus didasari dengan menempatkan organisasi sebagai
suatu sistem. Dengan demikian berarti sebuah organisasi akan dapat
menyusun RENSTRA dan RENOP jika tidak memiliki keterikatan atau ketergantungan
sebagai bawahan pada organisasi lain sebagai atasan. Dalam kondisi sebagai
bawahan (sekolah merupakan bawahan Dinas P & K) berarti tidak memiliki
kewenangan penuh dalam memilih dan menetapkan Visi, Misi, Tujuan dan Strategi.
Sekolah hanya berperan sebagai penyusun RENOP dan program tahunan.
Dari uraian tersebut jelas bahwa
RENSTRA dan RENOP bersifat multi dimensi, terutama jika perumusan RENSTRA hanya
dilakukan pada banyak organisasi non profit termasuk pendidikan yang tertinggi.
Dengan dimensi yang banyak tersebut, maka mudah terjadi tidak seluruh dimensi
dapat diakomodasi.
2.2.3.3 Keunggulan dan Manfaat Manajemen
Strategik Bagi Organisasi Pendidikan
Pengimplementasian Manajemen
Strategik melalui perumusan RENSTRA dan RENOP dengan menggunakan strategi
tertentu dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, dan mewujudkan
tugas pokok dilingkungan organisasi pendidikan harus diukur dan dinilai
keunggulannya. Dari pengukuran tersebut dan seluruh proses
pengimplementasiannya, maka diketahui manfaat Manajemen Strategik
bagi organisasi.
Keunggulan dan Manfaat Manajemen
Strategik dalam organasasi pendidikan antara lain sebagai berikut.
a.
Keunggulan
Implementasi Manajemen Strategik
Keunggulan implementasi manajemen
strategik dapat dievaluasi dengan menggunakan tolok ukur sebagai berikut.
1)
Profitabilitas
Keunggulan ini menunjukkan bahwa
seluruh pekerjaan diselenggarakan secara efektif dan efisien, dengan penggunaan
anggaran yang hemat dan tepat, sehingga diperoleh profit berupa tidak terjadi
pemborosan.
2)
Produktivitas Tinggi
Keunggulan ini menunjukkan bahwa
jumlah pekerjaan (kuantitatif) yang dapat diselesaikan cenderung meningkat.
Kekeliruan atau kesalahan dalam bekerja semakin berkurang dan kualitas hasilnya
semakin tinggi, serta yang terpenting proses dan hasil memberikan pelayanan
umum (siswa dan masyarakat) mampu memuaskan mereka.
3)
Posisi Kompetitif
Keunggulan ini terlihat pada
eksistensi sekolah yang diterima, dihargai dan dibutuhkan
masyarakat. Sifat kompetitif ini terletak pada produknya (misal : kualitas
lulusan) yang memuaskan masyarakat yang dilayani.
4)
Keunggulan Teknologi
Semua tugas pokok berlangsung dengan
lancar dalam arti pelayanan umum dilaksanakan secara cepat, tepat waktu, sesuai
kualitas berdasarkan tingkat keunikan dan kompleksitas tugas yang
harus diselesaikan dengan tingkat rendah, karena mampu mengadaptasi
perkembangan dan kemajuan teknologi.
5)
Keunggulan SDM
Di lingkungan organisasi pendidikan
dikembangkan budaya organisasi yang menempatkan manusia sebagai faktor sentral,
atau sumberdaya penentu keberhasilan organisasi. Oleh karena itu
SDM yang dimiliki terus dikembangkan dan ditingkatkan pengetahuan,
ketrampilan, keahlian dan sikapnya terhadap pekerjaannya sebagai
pemberi pelayanan kepada siswa.
Bersamaan dengan itu dikembangkan
pula kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi oleh sekolah pada
masa sekarang dan untuk mengantisipasi masalah-masalah yang timbul sebagai
pengaruh globalisasi di masa yang akan datang.
6)
Iklim Kerja
Tolok ukur ini menunjukkan bahwa
hubungan kerja formal dan informal dikembangkan sebagai budaya organisasi
berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan. Di dalam budaya organisasi pendidikan,
setiap SDM sebagai individu dan anggota organisasi terwujud
hubungan formal dan hubungan informal antar personil yang harmonis sesuai
dengan posisi, wewenang dan tanggung jawab masing-masing di dalam dan di luar
jam kerja.
7)
Etika dan Tanggung Jawab
Sosial
Tolok ukur ini menunjukkan bahwa
dalam bekerja terlaksana dan dikembangkan etika dan tanggung jawab sosial yang
tinggi, dengan selalu mendahulukan kepentingan masyarakat, bangsa dan negara di
atas kepentingan pribadi, kelompok dan/atau organisasi.
Tolok ukur keunggulan tersebut di
atas sangat penting artinya bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara sekarang dan di masa mendatang. Untuk itu diperlukan kerjasama dan
dukungan masyarakat dalam menumbuhkembangkan organisasi dalam
mengimplementasikan Manajemen Strategik secara optimal, agar
keunggulan-keunggulan di atas dapat diwujudkan yang hasilnya akan menguntungkan
masyarakat pula.
Dalam kenyataan yang pada masa
sekarang, bagi organisasi pendidikan (sekolah) kondisi untuk mewujudkan
keunggulan tersebut masih menghadapi berbagai dilema. Organisasi pendidikan
yang ada pada saat ini secara relatif bersifat konsumtif, sedang untuk
melaksakan Manajemen Strategik secara relatif diperlukan dana/anggaran yang tidak
sedikit. Dalam kondisi seperti ini sangat diperlukan kemampuan mewujudkan
keseimbangan antara kesediaan pemerintah dalam menyediakan dana/anggaran yang
memadai, dan dalam menggali serta mengatur pendayagunaan sumber-sumber daya
lain, seperti orang tua, masyarakat, pinjaman/bantuan.
b.
Manfaat
Manajemen Strategik
Berdasarkan keunggulan yang dapat
diwujudkan seperti telah diuraikan di atas, berarti dalam pengimplemantasian
Manajemen Strategik di lingkungan organisasi pendidikan terdapat beberapa manfaat
yang dapat memperkuat usaha mewujudkannya secara efektif dan efisien. Manfaat
yang dapat dipetik adalah : “manajemen
strategik dapat mengurangi ketidakpastian dan kekomplekan dalam menyusun
perencanaan sebagai fungsi manajemen, dan dalam proses pelaksanaan pekerjaan
dengan menggunakan semua sumber daya yang secara nyata dimiliki
melalui proses yang terintegrasi dengan fungsi manajemen yang lainnya dan dapat
dinilai hasilnya berdasarkan tujuan organisasi.”
Secara terinci manfaat
manajemen strategik bagi organisasi non profit (pendidikan) adalah sebagai
berikut.
1) Organisasi pendidikan (sekolah)
sebagai organisasi kerja menjadi dinamis, karena RENSTRA dan RENOP harus terus
menerus disesuaikan dengan kondisi realistik organisasi (analisis internal) dan
kondisi lingkungan (analisis eksternal) yang selalu berubah terutama karena
pengaruh globalisasi. Dengan kata lain Manajemen Strategik sebagai pengelolaan
dan pengendalian yang bekerja secara realistik dalam dinamikanya, akan
selalu terarah pada Tujuan Strategik dan Misi yang realistik pula.
2) Implementasi
Manajemen strategik melalui realiasi RENSTRA dan RENOP berfungsi
sebagai pengendali dalam mempergunakan semua sumber daya yang dimiliki secara
terintegrasi dalam pelaksanaan fungsi – fungsi manajemen, agar berlangsung
sebagai proses yang efektif dan efisien. Dengan demikian berarti
Manajemen Strategik mampu menunjang fungsi kontrol, sehingga seluruh proses
pencapaian Tujuan Strategik dan perwujudan Visi berlangsung secara terkendali.
3) Manajemen Strategik
diimplementasikan dengan memilih dan menetapkan strategi sebagai pendekatan
yang logis, rasional dan sistematik, yang menjadi acuan untuk mempermudah
perumusan dan pelaksanaan program kerja. Strategi yang dipilih dan
disepakati dapat memperkecil dan bahkan meniadakan perbedaan dan
pertentangan pendapat dalam mewujudkan keunggulan yang terarah pada
pencapaian tujuan strategik.
4) Manajemen
Strategik dapat berfungsi sebagai sarana dalam mengkomunikasikan gagasan,
kreativitas, prakarsa, inovasi dan informasi baru serta cara merespon perubahan
dan perkembangan lingkungan operasional, nasional dan global, pada semua pihak
sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya. Dengan demikian akan memudahkan
dalam menyepakati perubahan atau pengembangan strategi yang akan
dilaksanakan, sesuai dengan atau tanpa merubah keunggulan yang akan
diwujudkan oleh organisasi.
5) Manajemen
Strategik sebagai paradigma baru di lingkungan organisasi pendidikan, dapat
mendorong perilaku proaktif semua pihak untuk ikut serta sesuai posisi,
wewenang dan tanggungjawab masing – masing. Dengan demikian setiap unit dan
atau satuan kerja akan berusaha mewujudkan keunggulan di bidangnya
untuk memperkuat keunggulan organisasi.
6) Manajemen
Strategik di dalam organisasi pendidikan menuntut semua yang terkait untuk ikut
berpartisipasi, yang berdampak pada meningkatnya perasaan ikut
memiliki (sense of
belonging), perasaan ikut bertanggungjawab (sense of responsibility), dan perasaan ikut berpartisipasi (sense of participation). Dengan kata
lain manajemen strategik berfungsi pula menyatukan sikap bahwa keberhasilan
bukan sekedar untuk menajemen puncak, tetapi merupakan keberhasilan bersama
atau untuk keseluruhan organisasi dan bahkan untuk masyarakat yang dilayani.
Berdasarkan uraian tentang
keunggulan dan manfaat manajemen strategik di atas perlu dipahami
bahwa pengimplementasiannya di lingkungan organisasi pendidikan bukanlah
jaminan kesuksesan. Keberhasilan tergantung pada SDM atau pelaksananya bukan pada
Manajemen Strategik sebagai sarana. SDM sebagai pelaksana harus terdiri dari
personil yang profesional, memiliki wawasan yang luas dan yang terpenting
adalah memiliki komitmen yang tinggi terhadap moral dan/atau etika untuk
tidak menggunakan manajemen strategik demi kepentingan diri sendiri
atau kelompok.
BAB
III
SIMPULAN
Dari uraian di atas dapat simpulkan sebagai berikut.
1.
Implementasi model dan strategi implementasi manajemen
pendidikan merupakan penerapan model dan strategi yang diterapkan dalam
proses manajemen pendidikan.
2.
Model-Model Manajemen Pendidikan
·
Management by objective dapat juga disebut sebagai manajemen
berdasarkan sasaran.
·
Manajemen Berbasis Sekolah merupakan suatu konsep yang
menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka
meningkatkan mutu dan efisiensi
pendidikan agar dapat mengakomodasi kenginginan masyarakat setempat serta
menjalin kerjasama yang erat antara sekolah, masyarakat, dan pemerintah.
·
Manajemen Strategik
Menurut Hadari Nawawi (2005:148-149
dikutip dari lib.uin-malang.ac.id), pengertian manajemen strategik
ada 4 (empat).
1.
Pengertian pertama Manajemen Strategik adalah “proses atau rangkaian kegiatan pengambilan
keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai penetapan cara
melaksanakannya, yang dibuat oleh manajemen puncak dan dimplementasikan oleh
seluruh jajaran di dalam suatu organiasasi, untuk mencapai tujuannya”.
2. Pengertian manajemen strategik yang
kedua adalah “usaha manajerial
menumbuhkembangkan kekuatan organisasi untuk mengeksploitasi peluang yang
muncul guna mencapai tujuannya yang telah ditetapkan sesuai dengan misi yang
telah ditentukan”. Dari pengertian tersebut terdapat konsep yang
secara relatif luas dari pengertian pertama yang menekankan bahwa
“manajemen strategik merupakan usaha manajerial menumbuhkembangkan
kekuatan organisasi”, yang mengharuskan kepala sekolah dengan atau
tanpa bantuan manajer bawahannya (Wakil Kepala Sekolah, Pembina Osis, Kepala
Tata Usaha), untuk mengenali aspek-aspek kekuatan organisasi yang sesuai dengan
misinya yang harus ditumbuhkembangkan guna mencapai tujuan strategik yang telah
ditetapkan. Untuk setiap peluang atau kesempatan yang terbuka harus
dimanfaatkan secara optimal.
3. Pengertian yang ketiga, Manajemen
Strategik adalah “arus keputusan dan
tindakan yang mengarah pada
pengembangan strategi yang
efektif untuk membantu mencapai tujuan organisasi”.
Pengertian ini menekankan bahwa arus keputusan dari para pimpinan organisasi
(Kepala Dinas, Kepala Sekolah) dan tindakan berupa pelaksanaan keputusan, harus
menghasilkan satu atau lebih strategis, sehingga dapat memilih yang paling
efektif atau yang paling handal dalam usaha mencapai tujuan organisasi.
4. Pengertian yang keempat, “manajemen strategik adalah perencanaan
berskala besar (disebut Perencanaan Strategik) yang berorientasi pada jangkauan
masa depan yang jauh (disebut VISI), dan ditetapkan sebagai
keputusan manajemen puncak (keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipil),
agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (disebut MISI), dalam
usaha menghasilkan sesuatu (Perencanaan Operasional) yang
berkualitas, dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut
Tujuan Strategik) dan berbagai sasaran (Tujuan Operasional)
organisasi.” Pengertian yang cukup luas ini menunjukkan
bahwa Manajemen Strategik merupakan suatu sistem yang sebagai satu
kesatuan memiliki berbagai komponen yang saling berhubungan dan saling
mempengaruhi, dan bergerak secara serentak ke arah yang sama pula.
3.
Keunggulan Implementasi Manajemen Strategik
Dengan menerapkan Manajemen
Strategik, maka organisasi pendidikan (sekolah) akan memiliki keunggulan,
antara lain : profitabilitas,
produktifitasi tinggi, memiliki posisi kompetitif, keunggulan teknologi,
keunggulan Sumber Daya Manusia, Iklim kerja yang kondusif, etika dan
tanggung jawab sosial yang berkembang.
4.
Manfaat Manajemen Strategik
Manfaat yang diperoleh dari
implementasi manajemen strategik adalah :
·
Organisasi menjadi dinamis,
·
Fungsi kontrol berjalan dengan efektif dan efisien
·
Meniadakan perbedaan dan pertentangan pendapat dalam
mewujudkan keunggulan
·
Memudahkan dalam menyepakati perubahan atau pengembangan
strategi yang akan dilaksanakan
·
Mendorong perilaku proaktif bagi semua pihak untuk ikut
serta mewujudkan keunggulan
·
Meningkatkan perasaan ikut memiliki, berpartisipasi aktif
dan tanggung jawab bagi semua komponen organisasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Mulyasa, E.
2004. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Nurkolis. 2005. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: PT
Grasindo.
http://noviswan.blogspot.com/2013/01/management-by-objective-mbo-dalam.html
lib.uin-malang.ac.id/thesis/chapter.../06920015-siti-mardiyatul-khoiriyah.ps
(manaj strategi)
0 komentar:
Posting Komentar