Rabu, 05 Juni 2013

Soal + Jawaban Seputar Profesi Keguruan

1.  Jelaskan tentang hakikat pendidikan, serta mengapa pendidikan itu sangat penting untuk kelangsungan kehidupan manusia?
Jawaban
Menurut Made Pidarta (1997: 3), pada hakikatnya pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia dan membudayakan manusia.
Sementara itu, menurut Salam (2002: 5), pendidikan pada hakikatnya akan berusaha untuk mengubah perilaku, sebab pendidikan itu menyangkut seluruh aspek kepribadian manusia, pendidikan menyangkut hati nurani, nilai-nilai, perasaan, pengetahuan, dan keterampilan.
Beberapa asumsi dasar yang berkenaan dengan dengan hakikat pendidikan tersebut dinyatakan oleh Raka Joni sebagai berikut.
1. Pendidikan merupakan proses interaksi manusia yang ditandai oleh keseimbangan antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidikan.
2. Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi lingkungan hidup yang mengalami perubahan yang semakin pesat.
3.      Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat.
4.      Pendidikan berlangsung seumur hidup.
5.   Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya.
Dari pendapat-pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya pendidikan merupakan suatu proses pembentukkan kepribadian, intelektual, nilai-nilai/norma-norma/etika yang terjadi selama hidup manusia yang bertujuan untuk mempersiapkan manusia tersebut agar dapat menghadapi segala masalah atau tantangan (global) yang akan dihadapi selama hidupnya melalui pemikiran-pemikirannya yang intelek.
Pendidikan sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia karena dengan pendidikan seorang manusia mampu mendapatkan posisinya dalam masyarakat dan meningkatkan derajatnya untuk kesejahteraan hidupnya.

2.  Jelaskan tentang pengertian pendidikan menurut para ahli dan anda simpulkan pengertian pendidikan tersebut menurut sudut pandang anda!
Jawaban
Menurut  UU SISDIKNAS No. 2 tahun 1989 : “Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/latihan bagi peranannya di masa yang akan datang”;

Menurut UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat”.
Menurut GBHN, Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Menurut Ihsan (2005: 2), pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.
Sedangkan menurut Ahmadi (2001: 68), pendidikan adalah pengaruh, bantuan atau tuntunan yang diberikan oleh orang yang bertanggung jawab kepada anak didik dengan tujuan untuk membentuk kepribadian dan menyerahkan kebudayaan kepada generasi berikutnya (generasi baru).
Sementara itu, Fananie (2011: 4) berpendapat bahwa pendidikan adalah segala hal yang dapat mempengaruhi kebaikan rohani manusia dari kecil hingga dewasa, bahkan hingga menjadi orang tua sekalipun, manusia selalu bisa menerima didikan asalkan masih mempunyai roh kesucian (kemanusiaan) atau pikiran sehat.
Umar Tirtarahardja (2005: 37) mengemukakan bahwa pendidikan memperhatikan kesatuan aspek jasmani dan rohani, aspek diri (individualitas) dan aspek sosial, aspek kognitif, afektif, psikomotor, serta segi keterhubungan manusia dengan dirinya (konsentrasi), dengan lingkungan sosial dan alamnya (horizontal), dan dengan Tuhannya (vertikal).
Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa definisi pendidikan dapat dikemukakan baik secara meluas maupun sempit.
Definisi pendidikan secara luas ialah pengalaman belajar yang berlangsung di lingkungan yang terjadi sepanjang hidup dan mempengaruhi pertumbuhan kepribadian serta kompetensi individu (suatu proses pertumbuhan dan perkembangan baik dari segi intelektual maupun dari segi norma/etika/moral), pendidikan juga dapat terjadi dari hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik yang berlangsung sepanjang hayat, dimulai sejak manusia itu lahir.
Pendidikan secara sempit dapat diartikan sebagai pengalaman-pengalaman belajar terprogram baik yang dilakukan di sekolah yang bersifat formal maupun di tempat-tempat lain yang bersifat nonformal yang bertujuan untuk mentransfer ilmu guna membekali peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup di masa yang akan datang.

3.      Kenapa guru dikatakan sebagai suatu profesi dan bukan pekerjaan? dan kenapa ada program dari pemerintah untuk mengadakan PPG bagi calon guru?
Jawaban
Profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan keahlian, melalui jenjang pendidikan yang lama dan tinggi, adanya pelatihan, dan memiliki kode etik serta bersifat formal. Sedangkan pekerjaan adalah kegiatan yang tidak bergantung pada suatu keahlian tertentu. Guru dikatakan suatu profesi karena untuk menjadi seorang guru harus mempunyai kemampuan, keahlian dan profesionalisme. Untuk menjadi seorang guru, seseorang harus mengikuti jenjang pendidikan terlebih dahulu, dan untuk berkecimpung di dalam dunia pendidikan dengan status menjadi seorang guru juga ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi, seorang guru juga memiliki kode etik. Oleh karena itulah guru disebut sebagai profesi.
Pemerintah mengadakan PPG bagi calon guru untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dengan melahirkan guru-guru yang berkompeten dan profesional, sebab tujuan dari PPG itu sendiri adalah untuk meningkatkan kualitas guru, meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru.

4.      Menurut anda, perlukah program PPG tersebut, dan apa manfaat bagi anda sebagai calon seorang pendidik/guru.?
Menurut saya, program PPG itu perlu dan efektif untuk dilaksanakan, sebab dengan adanya program PPG calon guru (khususnya saya) dapat lebih meningkatkan lagi kompetensi dalam mendidik. Tidak hanya itu, dengan mengikuti program PPG ini saya akan dapat lebih memahami cara penerapan pendidikan yang baik, dapat menjadikan saya sebagai seorang guru yang berkualitas dan profesional sehingga saya dapat menyalurkan ilmu dan pengetahuan saya kepada anak didik (nantinya) dengan cara yang juga berkualitas. Generasi-generasi penerus bangsa adalah tanggung jawab pendidik. Jika buruk pendidikan yang disalurkan kepada generasi kita, maka akan melahirkan generasi penerus yang buruk pula. Semua itu ada di tangan pengajar dan pendidik. Oleh karena itulah yang sangat perlu dan utama dididik adalah tenaga pengajarnya. Melalui PPG ini hal itu bisa dilakukan.

5.     Jika melihat tentang degradasi moral yang melanda pendidikan kita seperti tawuran pelajar dan bentrokan mahasiswa, menurut Anda apa yang salah dalam sistem pendidikan di Negeri kita? berikan argumentasi Anda!
Jawaban
Menurut saya, hal-hal buruk itu terjadi karena pendidikan di Indonesia ini hanya mengutamakan kompetensi, pengtahuan (kognitif) saja. Norma-norma yang berlaku, moral, etika, semua itu dikesampingkan. Padahal yang sangat utama untuk dibenahi adalah moral. Jika positif moralnya, maka pikiran-pikiran lain yang juga merupakan aspek kognitif akan tersalurkan dengan baik. Misalnya saja pada program Ujian Akhir Nasional (UN), di sekolah siswa hanya dituntut untuk dapat lulus di ujian akhir. Siswa dipaksa belajar dari pagi hingga sore (les wajib) agar dapat lulus di ujian penentuan. Jika ditinjau dari segi psikologis, hal tersebut tidak baik dilakukan karena akan mempengaruhi jiwa anak, terlebih lagi jika siswa yang telah belajar mati-matian malah akhirnya tidak lulus karena jawabannya tidak terbaca di komputer. Bukankan hal tersebut sangat merugikan siswa? Menurut saya, akan lebih baik jika kurikulum saat ini diganti dengan kurikulum berbasis karakter (pendidikan karakter), karena dengan pendidikan karakter, pendidikan akan lebih mengarah kepada perbaikan moral/etika. Dengan begitu para siswa tidak hanya dituntut untuk memperluas wawasannya, tetapi juga meluruskan/memperbaiki moralnya kearah yang positif. Semuanya berpangkal kepada sikap (afektif). Jika sikap yang paling utama ditata, pendidikan di Indonesia ini akan bejalan dengan semestinya tanpa ada kekerasan, dan sikap anarkis.



















Daftar Pustaka

Ahmadi, Abu. 2001. Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Alenta. 2011. Pengantar Pendidikan (online) (http://alentaunp.blogspot.com/2011/11/hakekat-pendidikan.html, diskses 16 Oktober 2012).
Fananie, K.H R. Zainuddin. 2011. Pedoman Pendidikan Modern. Solo: Tinta Medina.
Ihsan, Fuad. 2005. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Pidarta, Prof. Dr. Made. 1997. Landasan Kependidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Salam, H. Burhanuddin. 2002. Pengantar Pedagogik (Dasar-Dasar Ilmu Mendidik). Jakarta: PT Rineka Cipta.
Umaya, Ika. Hakikat Pendidikan (online) (http://umayaika.wordpress.com/2012/04/24/hakikat-pendidikan, diakses 16 Oktober 2012).

Budaya Antre



Budaya Antre yang Semrawut

“Budayakan Antre”, dua kata yang yang tak asing lagi di telinga kita. Namun sangat disayangkan slogan tersebut hanyalah sekedar ‘pemanis’ dalam salah satu kebudayaan bangsa Indonesia ini. Implementasi antre itu sendiri jarang dilakukan. Semakin berubahnya zaman, semakin memudar pula budaya antre.
Rakyat Indonesia sebenarnya mengerti apa itu antre, bagaimana cara mengantre, dan apa tujuan mengantre, tetapi mereka tidak menerapkannya dengan baik dalam kehidupan sehari-hari tanpa adanya pengawasan atau denda. Seakan-akan antre adalah perbuatan yang sangat sulit untuk dilakukan. Jika hal ini terus terjadi, budaya antre akan punah total.
Pada hakikatnya mengantre merupakan perbuatan yang sederhana, mudah, dan bermanfaat. Satu perbuatan mengandung berbagai manfaat yang luar biasa, yaitu hanya dengan mengantre akan melatih sikap dan sifat sabar, melatih diri untuk tidak egois, belajar tertib, belajar menghargai orang lain, berlaku sopan, menanamkan rasa malu untuk mengambil hak orang lain, menanamkan sikap tepat waktu, menampakkan budaya rapi, dan lain sebagainya.
Di negara luar, budaya antre diterapkan dengan sangat baik. Salah satunya saja seperti di Taiwan. Tidak hanya dikenal sebagai negara yang memiliki keunggulan dalam riset dan inovasi produk, tetapi negara ini juga dikenal sebagai Queueing Master (Master Antri). Masyarakat Taiwan membudidayakan antre dengan sangat baik. Mereka bahkan mengantre secara otomatis tanpa harus ada yang mengarahkan atau mengatur barisan antrean. Dimana pun, kapanpun, dan apapun mereka secara otomatis membentuk barisan antrean secara disiplin.
Orang Indonesia yang datang langsung ke sana akan takjub melihat kedisiplinan mereka dalam hal mengantre. Hebatnya lagi, orang-orang Indonesia yang sering menyerobot barisan ketika mengantre, akan berubah menjadi disiplin ketika mengantre di Taiwan, karena akan merasa malu jika menerapkan kebiasaan buruk mengantre di negara Queueing Master tersebut. Ini bukanlah hal-hal fiktif, tetapi fakta dan masih terjadi hingga sekarang.
Dalam hal mengantre kita juga bisa meniru segerombolan semut. Hewan kecil ini sangat piawai dalam mengatur barisannya. Tampak rapi dan teratur ketika para serangga kecil ini merayap. Semestinya kita malu dengan semut. Hewan yang tiada pikiran saja mampu bersikap teratur, malah sebaliknya kita yang berakal tidak mempunyai kesadaran tinggi untuk hidup teratur.
Sangat Indah terlihat jika di negara kita juga menerapkan kedisiplinan yang tinggi. Tidak adanya kerapian tanpa adanya budaya antre. Kenyataannya negara kita sangat jauh tertinggal dalam hal ketaatan pada peraturan terutama dalam kedisiplinan mengantre. Masih banyak rakyat Indonesia yang mendominasi kepentingan individu. Hal tersebut terlihat ketika mengantre di jalan raya. Contohnya saja di Banda Aceh yang tidak jarang mengalami kemacetan lalu lintas terlebih ketika pagi dan sore hari. Semua orang terlihat terbaru-buru seakan dikejar waktu, bahkan saat lampu merah pengemudi berhenti melewati batas garis pemberhentian. Jika ada yang tidak melewati batas garis pemberhentian, para pengemudi yang berada di belakang akan berklekson ria menyuruh untuk maju atau ada yang langsung menyelip ke depan. Terlebih ketika lampu hijau menyala, suara-suara klekson kendaraan akan bersahut-sahutan dan tak sedikit pula yang menerobos jalan. Hal-hal tersebut sangat membahayakan baik si pengendara maupun semua pengguna jalan. Itu hanyalah sepenggal fakta yang terjadi di sekitar kita, belum lagi yang terjadi ketika mengantre pembayaran rekening listrik, mengantre di loket rumah sakit, loket kereta api, dan lain sebagainya.
Memudarnya budaya antre ini tidak lain juga disebabkan oleh membudayanya ‘jam karet’ di Indonesia. Orang Indonesia sebagian besar menyepelekan waktu sehingga tidak memperhitungkan waktu untuk mengantre. Karena merasa terbaru-buru dan dikejar waktu akibat membiasakan jam karet, kedisiplianan dalam mengatre pun tidak lagi dihiraukan. 
Hal yang perlu dilakukan dalam membudi daya antre adalah dengan membiasakan diri untuk sabar dan tidak egois. Tanpa disadari, hal-hal kecil positif yang kita biasakan, akan banyak bermanfaat dalam berbagai situasi, terutama dalam mengantre. Selain itu pula kebiasaan dan kesadaran tersebut harus ditamankan dalam diri, sebab pada hakikatnya kebiasaan merupakan pengulangan yang berpola. Buang mengulang yang negatif yang pasti merugikan, ulangi pola yang positif, maka kebiasaan akan menjadi kekuatan yang membangun.  

Komunikasi Pendidikan


Komunikasi Pendidikan



Oleh

Kelompok 6




 






FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSSALAM, BANDA ACEH

2013






KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah swt. karena  hanya dengan lindungan, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan judul Komunikasi Pendidikan.sebagai tugas kelompok.

            Dalam pelaksanaan penulisan tugas kelompok ini penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1.      Prof Murniati selaku dosen pengasuh mata kuliah Pengantar Manajemen Pendidikan.

2.      Kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan tugas ini.

Segala usaha telah dilakukan untuk penyempurnaan tugas ini. Namun, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan selanjutnya.





                                                                                               Darussalam, 28 mei 2013



                                                                                                              Penulis







DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR........................................................................................        i

DAFTAR ISI........................................................................................................       ii

BAB   I   PENDAHULUAN...............................................................................       1

                1.1 Latar Belakang.................................................................................      1



BAB II   KOMUNIKASI PENDIDIKAN........................................................       2

2.1      Pengertian  komunikasi Pendidikan...............................................     2

2.2  Fungsi Komunikasi Pendidikan.....................................................      5

                2.3   Efektifitas Komunikasi dalam Proses Pendidikan.........................      6

                           

BAB III  PENUTUP............................................................................................       9

3.1      Simpulan........................................................................................      9

DAFTAR PUSTAKA



BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

            Orang yang masih hidup tidak mungkin akan lepas dari komunikasi walaupun bukan berarti semua perilaku adalah komunikasi.Komunikasi terjadi dalam hampir setiap kegiatan manusia. Untuk lebih tegas dapat dikatakan bahwa banyak kegiatan manusia yang hanya bisa terjadi dengan bantuan komunikasi.
            Komunikasi adalah proses penyampaian atau penerimaan pesan dari satu orang kepada orang lain, baik langsung maupun tidak langsung, secara tertulis, lisan maupun bahasa nonverbal.
Komunikasi dalam pendidikan merupakan unsur yang sangat penting kedudukannya . bahkan ia sangat besar peranannya dalam menentukan keberhasilan pendidikan yang bersangkutan. Orang sering berkata bahwa tinggi rendahnya suatu capaian mutu pendidikan dipengaruhi oleh faktor komunikasi ini, khususnya komunikasi pendidikan.

Didalam pelaksanaan pendidikan formal (pendidikan melalui sekolah), tampak jelas adanya peran komunikasi yang sangat menonjol. Proses belajar mengajarnya sebagian besar terjadi karena proses komunikasi, baik komunikasi yang berlangsung secara intra persona maupun secara antar personal.

Oleh karena itu, penting bagi kita menjadi trampil berkomunikasi, dan mengetahui prinsip-prisip komunikasi baik didalam pendidikan maupu dimasyarakat. Akhirnya, semoga pembahasan kami berikut ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.




BAB II

KOMUNIKASI PENDIDIKAN

2.1  Pengertian Komunikasi Pendidikan

Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berkomunikasi, karena sebagai makhluk sosial manusia memiliki kebutuhan untuk saling berhubungan satu sama lainnya, dan ini dilakukan melalui komunikasi. Istilah komunikasi berasal dari bahasa Inggris communication, dari bahasa latin communicatus yang mempunyai arti berbagi atau menjadi milik bersama, komunikasi diartikan sebagai proses sharing diantara pihak-pihak yang melakukan aktifitas komunikasi tersebut.

Komunikasi di maksudkan untuk menyampaikan pesan, pengetahuan, perasaan, dan pengalaman kepada komunikan(penerima) dari komunikator(sumber) melalui saluran-saluran tertentu baik secara langsung/tidak langsung, dan komunikasi dapat dikatakan efektif bila ada kesamaan makna dan bahasa yang dipakai oleh komunikator kepada komunikan sehingga apa yang di inginkan oleh komunikator dapat di mengerti oleh komunikan, serta memberikan dampak/effect kepada komunikan sesuai dengan yang diingikan komunikator. Komunikasi merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan manusia. Sedangkan makna komunikasi pendidikan secara sederhana adalah komunikasi yang terjadi dalam suasana pendidikan. Disini komunikasi tidak lagi bebas tetapi dikendalikan dan dikondisikan untuk tujuan-tujuan pendidikan.

Berdasarkan uraian diatas, maka komunikasi pendidikan adalah suatu tindakan yang memberikan kontribusi yang sangat penting dalam pemahaman dan praktik interaksi serta tindakan seluruh individu yang terlibat dalam dunia pendidikan. Kepala sekolah mempunyai kewajiban untuk membina komunikasi sebaik-baiknya agar para guru mau dan mampu bekerja sama untuk meningkatkan kemampuan dan kinerjanya.

Upaya membina komunikasi tidak sekedar untuk menciptakan kondisi yang menarik dan hangat, tetapi akan mendapatkan makna yang mendalam dan berarti bagi pendidikan dalam suatu sekolah. Dengan demikian, setiap personel dapat bekerja dengan tenang dan menyenangkan serta terdorong untuk beradaptasi lebih baik, dan mengerjakan tugas mendidiknya dengan penuh kesadaran.

Komunikasi pendidikan terbagi dua, yaitu

a)      Komunikasi intern

Komunikasi intern sangat dirasakan manfaatnya, terutama oleh seorang pemula yang memasuki satu dunia tersendiri, seperti sekolah (Mulyasa, 2007:139). Dalam menjalin hubungan komunikasi intern di sekolah, kepala sekolah perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini.

1.      Bersifat terbuka, tidak memaksakan kehendak, tetapi bertindak sebagai fasilitator yang mendorong suasana demokratis dan kekeluargaan.

2.      Mendorong para guru untuk mau dan mampu mengemukakan pendapatnya dalam memecahkan suatu masalah, serta harus dapat mendorong aktivitas dan kreativitas guru.

3.      Mengembangkan kebiasaan untuk berdiskusi secara terbuka, dan mendidik guru-guru untuk mau mendengarkan pendapat secara objektif.

4.      Mendorong para guru dan pegawai lainnya untuk mengambil keputusan yang paling baik dan menaati keputusan itu.

5.      Berlaku sebagai pengarah, pengatur pembicaraan, perantara, dan pengambil kesimpulan secara redaksional.

b)      Komunikasi ekstern

Komunikasi ekstern merupakan bentuk hubungan sekolah dengan lingkungan eksternal di sekitarnya, untuk mendapatkan masukkan-masukkan dari lingkungannya berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah. Komunikasi ekstern meliputi hubungan sekolah dengan orang tua siswa dan hubungan sekolah dengan masyarakat, baik secara individu maupun melembaga.

1.      Hubungan sekolah dengan orang tua siswa

Bentuk kerja sama antara guru dan orang tua siswa yang didasari hal-hal sebagai berikut: (1) adanya kesamaan tanggungjawab, (2) adanya kesamaan tujuan. Tujuan hubungan sekolah dengan orang tua adalah saling membantu dan megisi, bantuan keuangan dan barang-barang, untuk mencegah perbuatan-perbuatan yang kurang baik, dan bersama-sama membuat rencana yang baik untuk sang anak.

Cara menjalin hubungan sekolah dengan orang tua siswa, yaitu melalui dewan sekolah, melalui BP3, melalui pertemuan penyerahan buku laporan pendidikan, dan melalui ceramah ilmiah.


2.      Hubungan sekolah dengan masyarakat

Hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan bentuk komunikasi ekstern yang dilakukan atas dasar kesamaan tanggung jawab dan tujuan. Tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan untuk memelihara kelangsungan hidup sekolah, meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, memperlancar kegiatan belajar mengajar, dan memperoleh bantuan dan dukungan dari masyarakat dalam rangka pengembangan dan pelaksanaan program-program sekolah.

Dalam rangka menjalin kemunikasi hubungan sekolah dan masyarakat dapat dijalin melalui dewan sekolah, BP3, rapat bersama,konsultasi, radio dan televise,surat dan telepon, pameran sekolah, serta ceramah.



2.2  Fungsi Komunikasi Pendidikan

Dalam suatu organisasi komunikasi mempunyai beberapa fungsi. Hal ini sebagaimana menurut Efendi bahwa fungsi komunikasi adalah.

1.         Fungsi Informatif

Maksudnya,komunikasi berfungsi memberi keterangan, memberi data atau fakta yang berguna bagi segala aspek kehidupan manusia. Dengan melalui komunikasi maka apa yang ingin disampaikan oleh guru kepada muridnya dapat diberikan dalam bentuk lisan ataupun tertulis.

2.         Fungsi Edukatif

Maksudnya,komunikasi berfungsi mendidik masyarakat, mendidik setiap orang dalam menuju pencapaian kedewasaan bermandiri. Seseorang bisa banyak tahu karena banyak mendengar, banyak membaca dan banyak berkomunikasi.

3.         Fungsi Persuasif

Maksudnya ialah bahwa komunikasi sanggup “membujuk” orang untuk berperilaku sesuai dengan kehendak yang diinginkan oleh komunikator. Membangkitkan pengertian dan kesadaran komunikan, baik bersifat motivasi maupun bimbingan, bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan perubahan sikap, tetapi berubahnya adalah atas kehendak sendiri(bukan dipaksakan). Perubahan tersebut diterima atas kesadaran sendiri

4.    Fungsi Rekreatif

Dapat menghibur orang pada saat yang memungkinkan. Seperti , Mendengarkan dongeng, membaca bacaan ringan.



2.3  Efektivitas Komunikasi dalam Proses Pendidikan

 Dalam prosesnya bahwa komunikasi merupakan suatu proses sosial untuk mentranmisikan atau menyampaikan perasaan atau informasi baik yang berupa ide-ide atau gagasan-gagasan dalam rangka mempengaruhi orang lain. Agar komunikasi berjalan efektif, komunikator hendaknya mampu mengatur aliran pemberitaan ke tiga arah, yakni ke bawah, ke atas, ke samping atau mendatar. Bagi setiap orang atau kelompok dalam organisasi hendaknya mungkin untuk berkomunikasi dengan setiap orang atau kelompok lain, dan untuk menenrima respon sikap, itu diminta oleh komuniktor.
Dalam proses komunikasi ada beberapa ketentuan, antara lain

1.        Karena komunikasi mempunyai suatu maksud, maka suatu messege atau stimulus selalu ditujukan kepada sekumpulan orang tertentu. Ini disebut penerima yang terntetu.

2.        Komunikator berkeinginan menimbulkan suatu respon kepada penerima yang sesuai dengan maksud yang dibawakan oleh messege atau stimulus tertentu.

3.        Suatu komunikasi dinyatakan berhasil jika respon yang timbul pada penerima, sesuai dengan maksud komunikasi.

4.        Dalam melaksanakan suatu program pendidikan aktivitas menyebarkan, menyampaikan gagasan-gagasan dan maksud-maksud ke seluruh struktur organisasi sangat penting.

Proses komunikasi dalam menyampaikan suatu tujuan lebih dari pada sekedar menyalurkan pikiran-pikiran atau gagasan-gagasan dan maksud-maksud secara lisan atau tertulis.
Komunikasi secara lisan pada umumnya lebih mendatangkan hasil dan pengertian yang jelas dari pada secara tertulis. Demikian pula komunikasi secara informal dan secara formal mendatangkan hasil yang berbeda pengaruh dan kejelasannya.

Terjadinya proses komunikasi dalam organisasi atau lembaga itu bisa terjadi secara formal maupun secara informal, komunikasi formal akan terjadi dalam memilih informasi untuk keperluan pelaporan, penyimpangan bias dengan mudah menyelinap. Selanjutnya biasanya orang ingin mendengar laporan-laporan yang menyenangkan. Akibatnya ialah sering pemindahan informasi yang diperindah atau dibiaskan. Satu saluran komunikasi formal tertentu atau lebih ke dan dari setiap personal atau anggota adalah perlu. Saluran-saluran itu hendaknya perlu dipahami oleh setiap anggota. Garis-garis komunikasi hendaknya dibuat sependek dan selangsung mungkin. Hendaknya mungkin bagi semua anggota untuk bertindak sebagai sumber komunikasi maupun sebagai penerima.

Komunikasi informal ini tentunya dengan cara melakukan pendekatan secara kekeluargaan atau hubungan sosial tidak secara formal. Jika komunikator menaruh perhatian kepada saluran-saluran komunikasi informal, ia akan mengetahui kepentingan dan perhatian personil serta sikap mereka terhadap organisasi dan masalah-masalahnya, lagi pula komunikasi informal itu membawa kepada putusan-putusan yang dibuat di antara orang-orang pada tahap organisasi yang sama.

Dalam kegiatan suatu organisasi atau lembaga khusunya dalam hal pengelolaan pendidikan tentunya tidak terlepas dengan komunikasi. Oleh sebab itu suatu proses pendidikan akan berhasil apabilla terjadinya suatu proses komunikasi yang baik dan sesuai dengan harapan, di mana gagasan-gagasan atau ide dibahas dalam suatu musyawarah antara komunikator dengan komunikan, sehingga terjadi pemahaman tentang informasi atau segala sesuatu hal menjadi pokok dari pembahasan untuk mengarah pada  kesepakatan dan kesatuan dalam pendapat.

Berdasarkan hal tersebut, bahwa tujuan dari suatu organisasi atau instansi tentunya dapat tercapai secara optimal apabila proses komunikasinya lancar tanpa adanya suatu hambatan, walaupun ada hambatan, maka komunikator dan komunikan harus dengan cermat segera mengatasi permasalahan yang menyebabkan terjadi suatu hambatan, sehingga proses komunikasi dapat berlangsung.
Dalam prosesnya komunikasi itu terbagai dalam 2 macam komunikasi, yaitu komunikasi aktif dan komunikasi pasif. Komunikasi aktif merupakan suatu proses komunikasi yang berlangsung dengan aktif antara komunikator dengan komunikan, di manan antara keduanya sama-sama aktif berkomunikasi, sehingga terjadi timbal balik di antara keduanya. Sedangkan komunikasi pasif terjadi di mana komunikator menyampaikan informasi atau ide terhadap halayaknya atau komunikan sebagai penerima informasi, akan tetapi komunikan tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan respon atau timbal balik dari proses komunikasi.



BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

       komunikasi diartikan sebagai proses sharing diantara pihak-pihak yang melakukan aktifitas komunikasi tersebut. Komunikasi pendidikan sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar dan hubungan kedinasan di sekolah untuk menjalin hubungan yang lebih baik dalam bekerja sama. Upaya membina komunikasi tidak sekedar untuk menciptakan kondisi yang menarik dan hangat, tetapi akan mendapatkan makna yang mendalam dan berarti bagi pendidikan dalam suatu sekolah. Dengan demikian, setiap personel dapat bekerja dengan tenang dan menyenangkan serta terdorong untuk beradaptasi lebih baik, dan mengerjakan tugas mendidiknya dengan penuh kesadaran.

            Komunikasi pendidikan diperlukan dalam membina hubungan baik antara personil sekolah dan juga membina hubungan baik antara sekolah dengan orang tua siswa juga dengan masyarakat. Guna mencapai tutjuan pendidikan nasional dan menumbuhkan rasa saling bertanggungjawab dalam kegiatan bel;ajar-mengajar, komunikasi pendidikan sangatlah penting.







Daftar Pustaka



Mulyasa. E. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Rosda.