Sabtu, 22 Desember 2012

Analisis Kalimat Analitis, Kontradiktif, dan Sintetis dalam Wacana

Kalimat Analitis, Kontradiktif, dan Sintetis

BAB 1
Pendahuluan

1.1    Latar Belakang Masalah
Di dalam masyarakat, kata bahasa sering dipergunakan dalam berbagai konteks dengan berbagai macam makna. Ada orang yang berbicara tentang “bahasa warna”, tentang “bahasa bunga”, “bahasa diplomasi”, dll. Linguistik adalah ilmu yang khusus mempelajari ‘bahasa’, yang dimaksudkan dengan bahasa adalah sistem tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan oleh para anggota kelompok masyarakat tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri.
Sebagai ilmu kajian bahasa, linguistik memiliki berbagai cabang ilmu, antara lain: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik. Fonologi merupakan cabang linguistik yang mengkaji seluk-beluk bunyi bahasa. Morfologi merupakan cabang linguistik yang mengkaji seluk-beluk morfem dan penggabungannya. Sintaksis merupakan cabang linguistik yang mengkaji penggabungan satuan-satuan lingual berupa kata yang dapat membentuk satuan kebahasaan lebih besar, seperti: frase, klausa, kalimat, dan wacana. Semantik merupakan cabang linguistik yang mengkaji makna satuan-satuan lingual, baik makna leksikal maupun gramatikal. Sedangkan pragmatik merupakan cabang linguistik yang mengkaji struktur bahasa secara eksternal, yakni penggunaan satuan kebahasaan dalam komunikasi. Pragmatik adalah aspek-aspek pemakaian bahasa atau konteks luar bahasa yang memberikan sumbangan pada makna ujaran (Aslinda dan Leni, 2007: 12). Di dalam pragmatik, terbagi lagi beberapa jenis kalimat atau tuturan dan di dalam makalah ini akan dijelaskan tiga jenis kalimat yaitu kalimat analitis, kontradiktif, dan sintetis.

1.2    Rumusan masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan kalimat analitis, kontradiktif,  dan sintetis?
2.      Apa perbedaan antara analitis dan sintetis?
3.      bagaimana contoh-contoh kalimat analitis, kontradiktif, dan sintetis?



BAB 2
Pembahasan

1.1    Kalimat Analitis
Menurut Dewa (1989: 41), Kalimat analitis adalah kalimat yang kebenarannya terletak pada kata-kata yang menyusunnya. Hubungan antara konsep-konsep dalam kalimat analitis saling menutupi. Contoh “bujang adalah status orang yang tidak kawin” atau “kucing adalah binatang” adalah kalimat analitis (Parera, 2004: 191). Sementara itu menurut kamus Bahasa Indonesia (Budiono, 2005: 42), analitis berarti bersifat (menurut) yang sebenarnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kalimat pernyataan yang bersifat analitis ialah kalimat yang di dalamnya terkandung kebenaran yang  dan berlaku dimana-mana. Berarti kalimat itu mengandung kebenaran unsur-unsur pembentuknya.
Kalimat (1), (2), (3) berikut adalah kalimat yang mengandung kebenaran analitis (analytical truth).
1.      Sepeda motor adalah alat transportasi.
2.      Buaya adalah binatang berkaki empat.
3.      Rumah adalah tempat tinggal.
(Informasi indeksal: kalimat tersebut merupakan suatu definitif yang menyatakan kebenaran makna kata yang menyusun kalimat tersebut)
Kalimat (1), (2), dan (3) benar bukan karena kenyataannya memang demikian, tetapi karena di dalam bahasa Indonesia kata sepeda, buaya, dan rumah secara berturut-turut bermakna “alat transportasi”, “sebangsa binatang berkaki empat”, dan “tempat tinggal”. Kebenaran kalimat (1), (2), dan (3) tidak perlu diverifikasi secara empiris dengan pengetahuan yang bersifat ekstralingualistik. Oleh karenanya kebenaran ketiga kalimat terseebut dinamakan kebenaran linguistik (linguistic truth).
Perbedaan kalimat analitik dan kalimat pragmatik
Ada perbedaan antara kalimat analitik dan pragmatik, yaitu kalimat analitik kebenarannya ditentukan oleh kalimat yang menyusunnya, sedangkan kalimat pragmatik adalah kalimat yang dipengaruhi kebenarannya oleh aspek di luar bahasa.
Contoh kalimat:
1.      Kasur adalah tempat untuk tidur (kalimat analitik)
2.      Gelas adalah alat untuk minum (kalimat analitik)
Contoh teks percakapan dalam bentuk kalimat pragmatik
3.      A : kayaknya udara panas, ya! 
B : kenapa?
A : ayo ke warung sebelah, beli es.
B : wah, pekerjaanku belum selesai. Duluan saja.

1.2    Kalimat Kontradiktif
Kata di atas berasal dari bahasa inggris “contradict” yang berarti menyangkal atau membantah. Kata ini diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kontradiksi sebagai kata benda atau noun yang berarti pertentangan antara dua hal yang sangat berlawanan. Kata “contradict” sendiri mempunyai bentuk adjektiva dalam bahas inggris, yakni “contradictive” yang diserap utuh ke bahasa Indonesia menjadi “kontradiktif”. Dalam ilmu linguistik, kontradiksi adalah hal tidak benarnya makna suatu unsur dalam keadaan apapun (Harimurti, 2001: 121)
Kalimat kontradiktif adalah kalimat yang kebenarannya bertentangan dengan makna kata-kata yang menyusunnya (Dewa, 1989: 42). Sedangkan menurut Habiba (2012), Kalimat kontradiktif adalah kalimat yang salah karena maknanya bertentangan dengan kata-kata yang digunakan.
Contoh:
·         Mata adalah indra pendengar.
·         Ayam binatang mamalia.
·         Boing adalah alat angkutan darat.
Informasi indeksal: susunan kalimat tersebut di atas merupakan kalimat definitif yang menyatakan ketidakbenaran makna kata yang menyusunnya.
Ketidakbenaran kalimat kontradiktif disebut ketidakbenaran linguistik (linguistic falsities) karena ketidakbenarannya didasarkan pada kenyataan bahasa bersangkutan, bukan kenyataan yang terdapat di luar bahasa.
1.3    Kalimat Sintetis
Kalimat Sintesis Adalah kalimat yang kebenarannya didasarkan pada hasil observasi dan pengamatan. Menurut Dewa (1989: 42), kalimat sintetis adalah kalimat yang kebenarannya bergantung pada fakta-fakta luar bahasa.
Contoh Kalimat Sintetis
a.       Semua orang kikir harus dikasihani. 
b.      Semua orang jawa pintar.
c.       Makhluk Tuhan pasti beriman.
d.      Teman dekat saya memelihara kucing anggora.
Untuk menentukan kalimat analitis dan sintesis harus mendefinisikan dahulu kata kunci dari sebuah kalimat.
Kalimat sintetis terbagi menjadi dua yaitu:
1.      Sintetis positif, apabila kalimat yang menyusunnya sesuai dengan fakta.
2.      Sintetis negatif. apabila kalimat yang disebut tidak sesuai dengan fakta yang menyusunnya.
 Contoh:
·         Taman Sari terletak di Darussalam. (sintetis negatif)
·         Chairil Anwar adalah sastrawan angkatan ’45. (sintetis positif)
Informasi indeksal: pada kalimat pertama, faktanya tidak sesuai dengan kenyataan, maka dari itu disebut sintetis negatif. Sedangkan kalimat ke dua, sesuai dengan fakta yang menyusunnya, maka dari itu disebut sintetis positif.
Perbedaan kalimat Analitis dan Sintetis
Kalimat pernyataan yang bersifat analitis ialah kalimat yang di dalamnya terkandung kebenaran yang  dan berlaku dimana-mana. Berarti kalimat itu mengandung kebenaran unsur-unsur pembentuknya. Sedangkan kalimat sintetis adalah kalimat yang kebenarannya didasarkan pada hasil observasi dan pengamatan. Contoh “semua orang bujang senang” merupakan kalimat sintetis karena pernyataan dalam kalimat itu tidak mengandung kebenaran yang bersifat umum. Kebenaran pernyataan tersebut hanya berlaku di dunia tertentu dan waktu tertentu berdasarkan hasil pengamatan dan observasi. Perhatikan kalimat di bawah ini.

1.      Semua orang yang kikir adalah orang yang pelit.
2.      Semua orang yang kikir adalah orang kaya.
3.      Semua orang kikir patut dikasihani.
Untuk dapat menentukan dan menjawab mana di antara tiga kalimat di atas bersifat analitis dan sintetis, maka yang harus di tentukan terlebih dahulu ialah definisi kikir. Apakah pengertian kikir meliputi pelit, kaya, patut dikasihani.Semua orang akan menerima bahwa kalimat (1) adalah kalimat analitis dan kalimat (2) dan (3) adalah kalimat sintesis.
Dapat di katakan sebuah proposisi yang berupa kalimat berita bersifat analitis jika kebenarannya ditentukan oleh dan hanya oleh bentuknya yang logis dan makna dari unsur-unsur komponennya. Sebuah proposisi itu bersifat analitis jika kebenarannya berlaku di seluruh dunia atau di berbagai dunia. Sebuah proposisi yang sintetis dapat benar dan salah karena kebenaran dan kesalahannya ditentukan oleh fakta yang terjadi secara kebetulan dan tidak dapat ditentukan hanya oleh analitisnya yang logis. Di dalam penulisan ilmiah perlu diperhatikan pernyataan yang bersifat analitis dan pernyataan yang bersifat sintetis.




BAB 3
Analisis

Analisis kalimat analitis, kontradiktif, dan sintetis dalam wacana                          

Kakek dan Nenek yang Suka Menolong
Pada suatu hari di sebuah desa ada sebuah gubuk kecil yang ditempati oleh seorang kakek dan nenek yang miskin, meskipun begitu mereka sangat suka menolong.
Pada siang harinya nenek berkata kepada kakek,
"Kek, hari ini kita hanya bisa makan semangkuk bubur dan air putih."
"Yah, apa boleh buat inilah rezeki kita," sahut kakek.
Dan saat mau memakan bubur tersebut ada suara ketukan pintu, dan setelah dibuka ternyata ada seorang peminta sedekah, kakek pun kasihan melihatnya lalu diberikannyalah semangkuk bubur tadi dan pada saat itu kakek dan nenek hanya bisa meminum air putih.
Pada keesokan harinya, kakek dan nenek pergi ke pasar untuk membeli kebutuhan dengan uang tabungan kakek dan nenek, kemudian kakek dan nenek melihat seorang gadis yang sedang dimaki-maki oleh seorang penjual sayur karena telah memberantakkan dagangannya. Lalu kakek mendekat dan memisahkan keduanya dan juga mengganti dagangan si penjual sayur dengan uang yang tadinya ingin dibelikan kebutuhan, gadis itu berterima kasih dan pergi.
Pada hari esok saat kakek ingin membakar kayu bakar, ada suara ketukan pintu, dan saat dibuka itu adalah gadis yang mereka tolong kemarin dan bersama seorang pria yang sudah menjadi suaminya. Ternyata suaminya itu adalah seorang pangeran di desa itu, dan sejak saat itu kakek dan nenek diangkat menjadi orang tua angkat, dan saat itu nenek dan kakek tidak hidup miskin lagi dan lebih suka menolong.


·         Pada suatu hari, di sebuah desa ada sebuah gubuk kecil yang ditempati oleh seorang kakek dan nenek yang miskin.
ð  Termasuk kalimat sintetis, karena kalimat tersebut bergantung pada fakta-fakta di luar bahasa (sesuai dengan keadaan yang terjadi).
·         Meskipun begitu mereka sangat suka menolong.
ð  Termasuk dalam kalimat sintesis, karena kalimat tersebut bergantung pada fakta-fakta luar bahasa.
·         Pada siang harinya nenek berkata kepada kakek, “Kek , hari ini kita hanya bisa makan semangkuk bubur dan air putih."
ð  Termasuk kalimat sintetis, karena penyusunan kalimat tersebut didasarkan atas fakta-fakta yang terjadi.
·         Kita hanya bisa makan semangkuk bubur dan air putih.
ð  Termasuk kalimat analitis, sebab dalam bahasa Indonesia bubur dan air putih adalah jenis makanan dan minuman yang dapat dikonsumsi manusia.
·         "Yah , apa boleh buat inilah rezeki kita, " sahut kakek.
ð  Temasuk dalam kalimat sintesis, karena kalimat tersebut didasarkan pada keadaan atau fakta-fakta yang sebenarnya (di luar bahasa).
·         Dan saat mau memakan bubur tersebut ada suara ketukan pintu, dan setelah dibuka ternyata ada seorang peminta sedekah.
ð  Termasuk kalimat sintetis, sebab kalimat tersebut sesuai dengan keadaan atau situasi saat itu.
·         Kakek pun kasihan melihatnya lalu diberikannyalah semangkuk bubur tadi dan pada saat itu kakek dan nenek hanya bisa meminum  air  putih.
ð  Termasuk kalimat sintetis, karena kalimat tersebut bergantung pada fakta-fakta yang terjadi (di luar bahasa).
·         Pada keesokan harinya, kakek dan nenek pergi ke pasar untuk membeli kebutuhan dengan uang tabungan kakek dan nenek.
Kalimat tersebut terdiri kalimat sintetis dan analitis, yaitu pada kalimat:
o   Pada keesokan harinya, kakek dan nenek pergi ke pasar untuk membeli kebutuhan.
ð  Termasuk kalimat sintetis karena kebenaran pada kalimat di atas bergantung pada fakta-fakta yang terjadi (di luar bahasa).
o   Membeli kebutuhan dengan uang tabungan.
ð  Termasuk kalimat analitis karena, dalam bahasa Indonesia uang mempunyai makna ‘alat pembayaran’.
·         Kakek dan nenek melihat seorang gadis yang sedang dimaki-maki oleh seorang penjual sayur karena telah memberantakkan dagangannya.
ð  Termasuk kalimat sintetis, karena kalimat tersebut disusun berdasarkan fakta-fakta yang ada di luar bahasa.
·         Kakek mendekat dan memisahkan keduanya dan juga mengganti dagangan si penjual sayur dengan uang yang tadinya ingin dibelikan kebutuhan, gadis itu berterima kasih dan pergi.
ð  Termasuk kalimat sintetis karena kalimat tersebut sesuai dengan keadaan yang terjadi di tempat itu.
·         Pada hari esok saat kakek ingin membakar kayu bakar, ada suara ketukan pintu, dan saat dibuka itu adalah gadis yang mereka tolong kemarin dan bersama seorang pria yang sudah menjadi suaminya.
ð  Termasuk kalimat sintetis karena kalimat tersebut disusun berdasarkan kejadian yang terjadi di tempat itu.
·         Ternyata suaminya itu adalah seorang pangeran di desa itu, dan sejak saat itu kakek dan nenek diangkat menjadi orang tua angkat, dan saat itu nenek dan kakek tidak hidup miskin lagi dan lebih suka menolong.
ð  Termasuk kalimat sintetis karena kalimat tersebut disusun berdasarkan fakta-fakta yang ada di luar bahasa.




BAB 4
Penutup

4.2   Kesimpulan
·        Kalimat analitis adalah kalimat yang kebenarannya terletak pada kata-kata yang digunakan. Contoh: Pensil adalah alat tulis; Rumah adalah tempat tinggal.
·         Kalimat kontradiktif adalah kalimat yang salah karena maknanya bertentangan dengan kata-kata yang digunakan. Contoh: Ayam binatang mamalia. Boing adalah alat angkutan darat.
·         Kalimat sintesis adalah kalimat yang kebenarannya tergantung pada fakta-fakta luar bahasa. Contoh: Tetangga saya memelihara burung kakatua.
·         Ada perbedaan antara kalimat analitik dan pragmatik, yaitu kalimat analitik kebenarannya ditentukan oleh kalimat yang menyusunnya, sedangkan kalimat pragmatik adalah kalimat yang dipengaruhi kebenarannya oleh aspek di luar bahasa.

4.1  Saran
Kalimat tutur/ ujaran merupakan hal yang sangat penting bagi kita karena dengan perantaraan kalimat tersebut seseorang dapat mengungkapkan maksudnya dengan lengkap dan jelas baik itu lewat tulisan maupun lisan. Kami berharap agar pembaca tidak hanya menekankan pemahaman dan penggunaan kalimat dari segi teoritis (tentang tata bahasa) saja namun juga dari segi komunikatif/ujaran (keterampilan berbahasa), serta memahami makna dari setiap ujaran yang keluar baik ujaran yang berdasarkan konteks, maupun yang berdasarkan ilmu linguistik.




Daftar Pustaka

Aslinda dan Leni. 2007. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: PT Refika Aditama
Budiono. 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Agung
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Parera, 2004. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga
Putu Wijaya. 1989. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: ANDI

Senin, 15 Oktober 2012

Tipe-Tipe Guru Menurut Siswa


 Niiyh....Tipe-Tipe Guru menurut Pikiran Siswa..^.^


Ada banyak hal di dalam otak siswa yang mengklafikasikan guru menurut versi mereka. Apalagi bagi siswa yang sering bosan duduk di dalam kelas. Artikel ini bukan untuk menjelek-jelekkan guru tapi hanya untuk lelucon doang..^.^


1.  _Tipe Guru Penyayang_
Guru ini selalu memberikan kisi-kisi sebelum berlangsungnya Ujian (apa yang mau di uji kalo udah pada tau). Kisi-kisinya bukan sembarang kisi-kisi. Kisi-kisi ini hampir 100% akurat persis banget dengan soal ujian. (Namun saking bodohnya siswa, ada saja yang masih bawa contekan). Sudah pasti yang menghafal soal kisi-kisi, ujiannya pasti dapet 100. Mantabbbss!


2.  _Tipe Guru Hulk_
Nah ini guru pas menit-menit pertama masuk ngajarnya enak….santai… Tapi setelah 15 menit kemudian dia berubah menjadi MONSTER. Mendadak emosian, marah-marah ke siswa. Apalagi pas dia lagi asik-asik ngajar ada siswa yang terlambat, selamatlah siswa tersebut di omelin.

3.  _Tipe Penjaga Karcis_
Sebelum pelajaran dimulai guru ini terlebih dahulu mengecek tugas siswa minggu kemarin apakah sudah dikerjakan atau belum. (bener nich, kalo cape’-cape’ bikin tugas ga' di cek, percuma dong..! Tapi kalau belum ngerjain tugas pasti berdoa moga-moga dia lupa) Kalo belum ngerjain tugas siswa gak boleh masuk. Tugasnya aneh-aneh pula, ada yang disuruh merangkum buku yang tebalnya 200 halaman (dikit ko') sampe menganalisa kasus yang susahnya minta ampun.

4.  _Tipe Pendongeng_
(kalo yang ini mantan babysitter)
Sesuai dengan namanya, guru ini di setiap sela-sela pengajarannya selalu mendongengkan siswa dengan cerita-cerita tentang kehidupannya dan men-sharing segala sesuatu tentang pengalamannya. Kesulitan ekonomi sampai masalah cinta monyet masa kecil pun dia ceritakan (kan lebih tua lebih pengalaman, biar ngga ada lagi korban patah hati terus gantung diri). Ketika dia mendongeng, siswa pada tidur semua.

5.  _ Tipe Motivator_
(aq suka yang kayak gini)
Guru ini selalu mengajarkan kebaikan kepada siswanya untuk tetap bersemangat setiap harinya terutama pada saat sekolah (daripada nyatat, kan cape’..) Apabila ada siswa yang cemberut atau kurang bersemangat maka dia dengan segera menceriakan siswanya tersebut. (jadi berasa nyindir nich). Dia tidak akan mulai mengajar kalo semua siswanya belum merasa “happy” (aq rasa dia idola semua siswa). Kadang jam belajar tersebut lebih terasa sebagai ajang curhat (nah kalo ini mah udah kelewatan kale).

6.  _ Tipe Pejuang_
(bekas pejuang kemerdekaan)
Guru ini mengemban tugas yang sangat berat.  Guru ini dengan mati-matian memperjuangkan siswanya. Hal apapun akan dia lakukan untuk mendongkrak prestasi siswanya. Walaupun otak siswanya tinggal setetes dia tetap semangat mengajarinya walaupun dilanda kesusahan. Inilah guru yang sangat mulia.

7.  _Tipe Bos Besar_
Guru dengan tipe ini cenderung kepengen enaknya aja (nah ini dia musuh siswa teladan). Masuk ke kelas mengajar sekitar 30 menitan setelah itu ngasih soal atau tugas kepada siswanya (Guru CBSA, “Catat Buku Sampai Abis") Selagi siswanya mengerjakan tugas tersebut dia malah keluar ntah mau kemana dan gak tau mau ngapain. Yang jelas dia kabur dari kelas.  Sekitar 15 menit sebelum jam pelajaran selesai tiba-tiba mukanya yang nyebelin itu nongol lagi.

8.  _Tipe Tukul_
Guru ini setiap masuk kelas pasti ngecengin siswanya. Pokoknya ada aja yang bisa dia jadikan lelucon. Kalo kehabisan bahan lelucon, dia malah ngecengin mukanya sendiri. Banyak siswa yang muntah darah gara-gara kebanyakan dengar omongan lucu dari si guru.

9.   _Tipe Pembubuh Berdarah Dingin_
(mungkin biar ngga di jelasin udah pada tau siapa guru ini)
Biasanya guru ini berwajah seperti debat kolektor. belajar bersama guru dengan tipe ini membuat hari-hari kita serasa lebih panjang. Suasana horor dan sangat mencekam seperti dalam kesunyian. Satu detik rasanya seperti satu menit. Dan satu menit rasanya seperti satu jam.

10.  _Tipe Black in News_
Ini adalah guru teladan (patut di contoh). Guru ini selalu mengajarkan pelajaran kepada siswanya dengan ramah (nah ini baru tipe guru yang bijak) Dia menyajikan berbagai informasi yang sangat bermanfaat (kan demi masa depan kamu juga). Yang diajarkannya tidak hanya sekedar teori akan tetapi guru ini juga mengajarkan bagaimana aplikasinya di dalam kehidupan nyata. Setiap pertanyaan yang dilontarkan siswa kepadanya pasti akan dia jawab dengan penjelasan yang sedetail-detailnya (biar siswa ngga malas buat nanya). Orangnya sangat ramah, peduli akan sesama dan lingkungan (panutan para siswa nich). Pokoknya nih guru Black Community banget deh (mungkin ini tipe guru yang bikin negara berkembang).

11.  _Tipe Perampok_
Nah, kalo tipe jenis ini nih hobinya ngambilan barang siswanya. Setiap ngeliat siswanya bawa barang yang gak semestinya dibawa, langsung deh diambilnya (ya,,,tapi nih guru sebenernya punya niat baik juga sih ngelakuin itu, niatnya ya mungkin supaya barang-barang itu gak ngeganggu pembelajaran). Tapi seramnya nih ya,,,terkadang barang yang udah disitanya itu gak akan dibalikin lagi sampe’ si siswa bersedia manggil ortunya ke sekolah, meskipun masalah yang udah dibuat si siswa cuma masalah sepele, ckckckck...