Rabu, 05 Juni 2013

Model Strategi Implementasi Manajemen Pendidikan



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Peningkatan mutu pendidikan di sekolah perlu didukung kemampuan manajerial  para kepala sekolah. Sekolah perlu berkembang maju dari tahun ke tahun. Kerena itu, hubungan baik antar guru perlu diciptakan akan terjalin iklim dan suasana kerja yang kondusif dan menyenangkan. Demikian halnya penataan penampilan fisik dan manajemen sekolah perlu dibina agar sekolah menjadi lingkungan pendidikan yang dapat menumbuhkan kreatifitas., disiplin, dan semangat belajar peserta didik. Dalam kerangka inilah dirasakan perlunya implementasi MBS.
            Untuk mengimplementasikan manajemen berbasis sekolah secara efektif dan efisien, kepala sekolah perlu memiliki pengetahuan kepemimpinan, perencanaan, dan pandangan luastentang sekolah dan pendidikan. Lebih lanjut lagi, kepala sekolah dituntut untuk melakukan fungsinya sebagai menejer sekolah dalam meningkatkan proses belajar-mengajar, dengan melakukan supervisi kelas, membina, dan memberikan saran-saran positif kepada guru. Di samping itu, kepala sekolah juga harus melakukan tukar pikiran, sumbang saran, dan studi banding antarsekolah untuk menyerap kiar-kiat kepemimpinan dari kepala sekolah yang lain. 
Dalam mengimplementasikan MBS secara efektif dan efisen, guru juga harus berkreasi dalam meningkatkan manajemen kelas. Guru adalah teladan dan panutan langsung para peserta didik di kelas. Oleh karena itu, guru perlu siap dengan segala kewajiban, baik manajemen maupun persiapan isi materi pengajaran.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas didapat beberapa rumusan masalah, yaitu sebagai berikut.
1. Apa hakikat dari model strategi implementasi manajemen pendidikan?
2. Apa saja model manajemen pendidikan?
3. Seperti apa strategi implementasi model manajemen Pendidikan?

1.3  Tujuan
Berdasarkan rumusan makalah di atas, tujuan pembuatan makalah ini sebagai berikut.
Tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu sebagai bahan tambahan dalam mempermudah pembelajaran manajemen pendidikan tentang implementasi manajemen pendidikan.
1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan di atas, didapat manfaat menulisan makalah ini, yaitu sebagai berikut.
1.  Membantu mahasiswa yang sedang pempelajari manajemen pendidikan dalam memahami hakikat dari model strategi implementasi manajemen pendidikan.
2.  Membantu mahasiswa memahami model manajemen pendidikan.
3.  Membantu mahasiswa memahami implementasi manajemen pendidikan.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Model Strategi Implementasi Manajemen Pendidikan
Manajemen adalah organisasi yang memiliki aktivitas-aktivitas pekerjaan tertentu dalam rangka mencapai tujuan organisasi, sedangkan manajemen pendidikan adalah kerjasama untuk mencapai tujuan pendidikan, seperti kita ketahui tujuan pendidikan itu merentang dari tujuan yang sederhana sampai dengan tujuan yang kompleks bergantung lingkup dan tingkat pengertian pendidikan mana yang dimaksud. Untuk mencapai tujuan inilah kita harus mampu mengimplementasikan model dan strategi implementasi manajemen pendidikan yang sesuai dengan tujuan yang hendak kita capai.
Implementasi merupakan penerapan, model, dan strategi merupakan pola kegiatan yang diterapkan untuk mencapai suatu tujuan.
Jadi, implementasi model dan strategi implementasi manajemen pendidikan merupakan penerapan model dan strategi yang diterapkan dalam proses manajemen pendidikan. 

2.2 Model-Model Manajemen Pendidikan
2.2.1 Management By Objective (MBO)
2.2.1.1 Definisi MBO
Management by objective dapat juga disebut sebagai manajemen berdasarkan sasaran. MBO merupakan sistem pengawasan manajemen yang manajer dan karyawannya bersama-sama menetapkan sasaran yang akan dicapai dalam jangka waktu tertentu dan mengadakan pertemuan secara berkala untuk mengevaluasi kemajuan yang telah dicapai sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan.            MBO ini juga merupakan metode penilaian kinerja karyawan yang berorientasi pada pencapaian sasaran kerja. Pada metode MBO, setiap individu karyawan memiliki sasaran kerjanya masing-masing, yang bersesuaian dengan sasaran kerja unitnya untuk satu periode kerja. Penilaian kinerja dalam metode MBO dilakukan di akhir periode mengacu pada realisasi sasaran kerja.

2.2.1.2 Tujuan MBO
MBO bertujuan pada tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan manusia Indonesia secara total yang dijiwai oleh falsafah Pancasila sehingga semua sumber-sumber pendidikan harus diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut sebagai sasarannya.
Sebagai pencapaian dari tujuan tersebut, MBO merumuskan fungsi-fungsi utama yang dijabarkan dari sasaran atau tujuan sebagai berikut.

1)      Fungsi-fungsi utama dijabarkan menjadi tugas-tugas individu.
Kegiatan-kegiatan MBS (1)
Aktivitas yang berulang secara berkelanjutan, dimulai dari perencanaan dilanjutkan dengan mereview hingga tujuan tercapai.
Pekerjaan meliputi :
Memeriksa secara kritis hasil kerja, tingkat efektivitas dan efisiensi, kondisi kerja, tanggung jawab, dan motivasi kerja.
Kegiatan-kegiatan MBS (2)
Mereview hasil kerja dan merencanakan standar hasil dan target pekerjaan.
Mengadakan persetujuan tentang rencana peningkatan kerja.
Menciptakan kondisi kerja yang memungkinkan peningkatan kerja yang mencakup perbaikan struktur organisasi dan informasi pengawasan.
Kegiatan-kegiatan MBS (3)
Melaksanaan pemeriksaan hasil dan kemampuan secara individu.
Melakukan pembinaan perencanaan dan pelatihan manajer.
Memperkuat motivasi (seleksi personalia secara lebih efektif, rencana penggantian petugas, memberi hadiah dan mengatur kesejahteraan).

2)      Keuntungan Manajemen Berdasarkan Sasaran bagi Administrasi Personalia
Data personalia dan beserta hasil kerjanya dapat diperoleh secara berkelanjutan.
Kebutuhan pengembangan personalia berdasarkan data.
Mendapat dasar-dasar yang sehat untuk kenaikan pangkat dan pemberian balas jasa.

3)      Langkah-langkah Melaksanakan Manajemen Berdasarkan Sasaran
Menentukan strategi pekerjaan (manajer).
Menentukan sasaran dan batas-batas tanggung jawab.
Menentukan target yang mencakup kriteria hasil, kualitas, dan batas waktu.
Menentukan ukuran mengoperasikan unit dan rencana tindakan.



4)      Tahap Pelaksanaan MBO
1.     Tahap Persiapan, yaitu tahap menyiapkan dokumen-dokumen serta data-data yang diperlukan.
2.     Tahap Penyusunan, tahap ini menjabarkan tugas pokok dan fungsi-fungsi setiap bagian dalam organisasi, agar seluruhnya terintegrasi mencapai visi dan misi yang dicanangkan oleh instansi. Merumuskan keadaan sekarang untuk membantu identifikasi dan antisipasi masalah atau hambatan serta kemudahan-kemudahan.
3.     Tahap Pelaksanaan, yaitu tahap dimana pelaksanaan seluruh kegiatan dan fungsi manajemen secara menyeluruh seperti pengorganisasian, pengarahan, pemberian semangat dan motivasi, koordinasi, integrasi dan sinkronisasi.
4.     Tahap Pengendalian, Monitor, Evaluasi dan Penyesuaian, pada tahap ini bertujuan agar tercapainya tujuan dan sasaran yang tertuang dalam rencana strategik melalui kegiatan keseluruhan dalam pendidikan.
Contohnya: aktivitas pendidikan dibatasi oleh tujuan pendidikan dan rambu-rambu lainnya yang dituangkan dalam GBHN.

2.2.2 Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
2.2.2.1 Definisi MBS
Secara leksikal, MBS berasal dari kita kata yaitu manajemen, berbasis, dan sekolah. Jadi, dapat disimpulkam MBS adalah suatu manajemen yang menggunakan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Berbasis memiliki karta dasar basis yang berarti dasar atau asas. Sekolah adalah lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberikan pelajaran. Berdasarkan makna leksikal tersebut MBS dapat diartikan sebagai penggunaan sumber daya yang berasaskan pada sekolah itu sendiri dalam proses pengajaran atau pembelajaran.
Menurut Mulyasa, (2004:11) MBS merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijaka n sekolah dalam rangka meningkatkan mutu dan  efisiensi pendidikan agar dapat mengakomodasi kenginginan masyarakat setempat serta menjalin kerjasama yang erat antara sekolah, masyarakat, dan pemerintah.
Dalam konteks manajemen pendidikan menurut MBS, berbeda dari manajemen pendidikan sebelumnya yang semua serba diatur dari pemerintah pusat. Sebaliknya, manajemen pendidikan model MBS ini berpusat pada sumber daya yang ada disekolah itu sendiri. Dengan demikian, akan terjadi perubahan paradigma manajemen sekolah, yaitu yang semula diatur oleh birokrasi di luar sekolah menuju pengelolaan yang berbasis pada potensi internal sekolah itu sendiri. 

2.2.2.2 Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)       
Sepuluh prinsip Manajemen Berbasis Sekolah.
1.      Keterbukaan, yakni manajemen dilakukan secara terbuka (transparan).
2.      Kebersamaan, yakni manajemen dilaksanakan secara bersama-sama oleh pihak sekoloah dan masyarakat.
3.      Berkelanjutan, yakni manajemen dilakukan secara berkesinambungan dan berkelanjutan tanpa dipengaruhi oleh pergantian kepala sekolah.
4.      Menyeluruh, artinya manajemen dilakukan secara menyeluruh menyangkut seluruh komponen yang menjunjung dan mempengaruhi pencapaian tujuan.
5.      Pertanggung jawaban, berarti dapat dipertanggung jawabkan ke orang tua/wali siswa, masyarakat, pemerintah dan pihak-pihak yang berkepentingan.
6.      Demokratis, yakni keputusan yang diambil berdasarkan musyawarah antar komponen sekolah dengan masyarakat.
7.      Kemandirian, yang sekolah memiliki prakarsa atau inisiatif, dan inovasi dalam rangka mencapai tujuan.
8.      Berorientasi pada mutu, artinya upaya-upaya yang dilakukan sekolah selalu berdasarkan pada peningkatan mutu pendidikan.
9.      Pencapaian standar pelayanan minimal (SPM) berarti manajemen sekolah tersebut untuk mencapai standar pelayanan sekolah (SPM) secara total, bertahap dan berkelanjutan.
10.  Pendidikan untuk semua, artinya semua anak memiliki hak memperoleh layanan pendidikan yang sama.
( Sukadi dalam majalah Fasilitator III, 2003:22 dikutip dari www.sarjanaku.com).
Menurut Nurkolis teori yang digunakan MBS untuk mengelola sekolah didasarkan atas empat prinsip.
1.      Prinsip ekuifinalitas (principle of equifinality), yaitu prinsip yang didasarkan pada teori manajemen modern yang berasumsi bahwa terdapat beberapa cara yang berbeda untuk mencapai tujuan. MBS menekankan fleksibilitas sehingga sekolah harus dikelola oleh warga sekolah menurut kondisi mereka masing-masing. 
2.      Prinsip desentralisasi (prinsiple of decentralization), yaitu gejala yang penting dalam reformasi manaemen sekolah modern. Prinsip desentralisasi ini konsisten dengan prinsip ekuifinalitas. Prinsip desentralisasi dilandasi oleh teori dasar bahwa pengelolaan sekolah da aktivitas pengajaran tak dapat dielakkan dari kesulitan dan permasalahan. Pendidikan adalah masalah yang rumit dan kompleks sehingga memerlukan desentralisasi dalam pelaksanaannya.
3.      Prinsip pengelolaan mandiri (principle of self managing system). MBS tidak mengingkari bahwa perlu mencapai tujuan-tujuan berdasarkan suatu kebijakan yang telah ditetapkan, tetapi terdapat berbagai cara yang berbeda-beda untuk mencapainya. MBS menyadari pentingnya untuk mempersilahkan sekolah menjadi sistem pengelolaan secara mandiri di bawah kebijakannya sendiri. Sekolah memiliki otonomi tertentu untuk mengembangkan tujuan pengajaran, strategi manajemen, distribusi sumber daya manusia dan sukmber daya lainnya dan mencapai tujuan sesuai dengan kondisi mereka masing-masing.
4.      Prinsip inisiatif manusia (principle of human initiative) sejalan dengan perkembangan pergeakan hubungan antar manusia dan pergerakan ilmu perilaku pada manajemen modern, orang mulai menaruh perhatian serius pada pengaruh penting faktor manusia pada efektivitas organisasi. Prinsip ini mengakui bahwa manusia bukanlah sumber daya yang statis melainkan dinamis. Oleh karena  itu, perlu digali, dan dikembangkan. Perspektif sumber aya manusia menekankan bahwa orang adalah sumber daya berharga dalam organisasi, sehingga poin utama manajemen adalah mengembnagkan sumber daya manusia di dalam sekolah untuk berinisiatif. Berdasarkan prespektif ini maka MBS bertujuan untuk membangun lingkungan yang sesuai untuk warga sekolah agar dapat  bekerja dengan aik dan mengembangkan potensinya (Nurkolis, 2005:55)          
 
2.2.2.3 Strategi Implementasi MBS
Implementasi MBS akan berlangsung secara efektif dan efisien apabila didukung oleh sumber daya manusia yang professional untuk mengoprasikan sekolah, dan yang cukup agar sekolah mampu menggaji staf sesuai dengan fungsinya, sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung proses belajar mengajar, serta dukungan orang tua siswa atau masyarakat yang tinggi.
Menurut Nurkolis, pada dasarnya tidak ada satu strategi khusus yang jitu dan bisa menjamin keberhasilan Implementasi MBS di semua tempat dan kondisi. Namun secara umum dapat disimpulkan bahwa implementasi MBS akan berhasil melalui strategi-strategi sebagai berikut.
  • Sekolah harus memiliki otonomi terhadap empat hal, yaitu: otonomi dalam kekuasaan dan kewenangan, pengembangan pengetahuan dan keterampilan secara berkeseimbangan, akses informasi ke segala bagian, dan pemberian penghargaan kepada setiap pihak yang berprestasi atau berhasil.
  • Adanya peran serta masyarakat secara aktif dalam hal pembiayaan, proses pengambilan keputusan terhadap kurikulum dan interuksional serta non-instruksional
  • Adanya kepemimpinan sekolah yang kuat sehingga mampu menggerakkan dan mendayagunakan setiap sumber daya sekolah secara efektif terutama kepala sekolah harus menjadi sumber inspirasi atas pembangunan dan pengembangan sekolah secara umum.
  • Adanya proses pengambilan keputusan yang demokratis dalam kehidupan dewan sekolah yang aktif.
  • Semua pihak harus menyadari peran serta tanggung jawabnya secara sunggu-sungguh.
  • Adanya quidelines dari Departemen pendidikan terkait sehingga mampu mendorong proses pendidikan di sekolah secara efektif dan efisien.
  • Sekolah harus memiliki transparansi dalam laporan pertanggung jawaban setiap tahunnya.
  • Penerapan MBS harus diarahkan untuk pencapaian kinerja sekolah dan lebih khusus lagi adalah meningkatkan pencapaian belajar siswa.
  • Implementasi diawali dengan sosialisasi dari konsep MBS, identifikasi peran masing-masing, pembangunan kelembagaan, mengadakan pelatihan-pelatihan terhadap peran barunya, implementasi pada proses pembelajaran evaluasi atas pelaksanaan di lapangan, dan dilakukabn perbaikan-perbaikan (Nurkolis, 2005:132 – 134)
Sementara menurut Slamat P.H (2001) (dikutip dalam Nurkolis, 2005:135) menjelaskan bahwa pelaksanaan MBS merupakan proses yang berlangsung secara terus menerus dan melibatkan semua unsur yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, strategi yang ditempuh adalah sebagai berikut.
  • Mensosialisasikan konsep MBS ke seluruh warga sekolah melalui seminar, diskusi, forum ilmiah, dan media masa
  • Melakukan analisis situasi sekolah dan luar sekolah yang hasilnya berupa tantangan nyata yang harus dihadapi oleh sekolah dalam rangka mengubah manajemen berbasis pusat ke MBS.
  • Merumuskan tujuan situasional yang akan dicapai dari pelaksanaan MBS, berdasarkan tantangan yang dihadapi.
  • Mengidentifikasi fungsi-fungsi yang perlu diperlukan untuk mencapi tujuan situasional dan yang masih perlu diteliti tingkat kesiapan 
  • Menentukan tingkat kesiapan setiap fungsi dan faktor-faktor nyata melalui analisis.
  • Memilih langkah-langkah pemecahan persoalan yakni tindakan yang diperlukan untuk mengubah fungsi yang tidak siap menjadi fungsi yang siap.
  • Membuat rencana jangka pendek, menengah, panjang  beserta program-programnya untuk merealisasikan rencana tersebut.
  • Melaksanakan program-program untuk merealisasikan rencana jangka pendek MBS
  • Melakukan penentuan terhadap proses dan evaluasi terhadap hasil MBS (Nurkolis, 2004:136)
  • Sehubungan dengan implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam rangka desentralisasi pendidikan di Indonesia, maka keberhasilan implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sedikitnya dapat dilihat dari tiga dimensi yaitu efektivitas, efisiensi dan produktivitas (Mulyasa, 2004:81)
Efektivitas berkaitan erat dengan perbandingan antara tingkat pencapai tujuan dengan rencana yang telah disusun sebelumnya, atau perbandingan hasil nyata dengan hasil yang direncanakan. Efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sebagaimana efektivitas pendidikan pada umumnya, berarti bagaimana Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) berhasil melaksanakan semua tugas pokok sekolah, manjalin partisipasi masyarakat, mendapat dan memanfaatkan sumber dana, sumber daya,  dan sumber belajar (sarana dan prasarana) untuk mewujudkan tujuan sekolah. Efisiensi yakni perbandingan antara input atau sumber daya dengan output. Artinya suatu kegiatan dikatakan efisien jika tujuan dapat dicapai secara optimal dengan penggunaan sumber daya yang minimal. Sedangkan produktivitas dalam dunia  pendidikan yakni keseluruhan minimal. Sedangkan produktivitas dalam dunia pendidikan yakni keseluruhan proses penataan dan penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Jadi, implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di samping dilihat dari segi efektivitas, juga perlu dianalisi dari segi efisiensi untuk melihat produktivitas.
Lebih lanjut Mulyasa (2004:59) mengemukakan, agar impelementasi Menejemen Berbasis Sekolah (MBS) dapat diterapkan secara menyeluruh di Indonesia pada umumnya dan di kabupaten/propinsi pada khususnya terkait kondisi sekolah pada saat krisis sekarang ini sangat bervariasi di lihat dari segi kualitas, lokasi sekolah dan partisipasi masyarakat (orang tua). Dan kondisi inilah tampaknya yang akan menjadi permasalahan yang rumit dan harus di prioritaskan penyelesaiannya pasca krisis. Oleh karena itu, agar manejemen berbasis sekolah (MBS) dapat di implementasikan secara optimal, baik krisis maupun pada pasca krisis dimasa mendatang, perlu adanya strategi dalam penerapannya.

1) Pengelompokan Sekolah    
Dalam rangka implementasi Menejemen Berbasis Sekolah (MBS) perlu dilakukan pengelompokan sekolah berdasarkan kemampuan menejemen dengan mempertimbangkan kondisi, lokasi dan kualitas sekolah. Dalam hal ini ditemukan tiga kategori sekolah, yaitu baik, sedang, dan kurang yang tersebar di lokasi-lokasi maju, sedang, dan ketinggalan. Kondisi di atas mengisyaratkan bahwa tingkat kemampuan menejemen sekolah untuk mengimplementasikan menejemen berbasis sekolah (MBS) berbeda satu kelompok sekolah dengan kelompok lainnya. Kelompok-kelompok sekolah tersebut dapat digambarkan seperti tabel berikut.    

Tabel 1. Kelompok Sekolah Dalam MBS
Kemampuan sekolah
Kepala sekolah dan guru
Partisipasi masyarakat
Pendapatan daerah dan orang tua
Anggaran sekolah
1.  Sekolah dengan kemampuan manajemen tinggi
Kepala sekolah dan guru kompetensi tinggi (termasuk kepemimpinan)
Partisipasi masyarakat tinggi (termasuk dukungan dana)
Pendapatan daerah dan orang tua tinggi
Anggaran sekolah di luar anggaran pemerintah besar
2.  Sekolah dengan kemampuan manajemen sedang
Kepala sekolah dan guru kompetensi sedang (termasuk kepemimpinan)
Partisipasi masyarakat sedang (termasuk dukungan dana)
Pendapatan daerah dan orang tua sedang
Anggaran sekolah di luar anggaran pemerintah sedang
3.      Sekolah dengan kemampuan manajemen rendah
Kepala sekolah dan guru kompetensi rendah (termasuk kepemimpinan)
Partisipasi masyarakat rendah (termasuk dukungan dana)
Pendapatan daerah dan orang tua rendah
Anggaran sekolah di luar anggaran pemerintah kesil atau tidak ada


2) Pentahapan implementasi menejemen berbasis sekolah (MBS)     
Sebagai suatu paradigma baru dalam dunia pendidikan, selain perlu memperhatikan kondisi sekolah, implementasi MBS juga memerlukan pentahapan yang tepat atau harus dilakukan secara bertahap. Penerapan Menejemen Berbasis Sekolah (MBS) secara menyeluruh sebagai realisasi desentralisasi pendidikan memerlukan perubahan-perubahan mendasar terhadap aspek-aspek yang menyangkut keuangan, ketenagaan, kurikulum, sarana dan prasarana, serta partisipasi masyarakat. 
Dalam kaitannya dengan pertahapan impelementasi menejemen berbasis sekolah (MBS) ini, secara garis besar, fattah, 2000 (dikutip mulyasa, 2004:62 ) membaginya menjadi tiga tahap yaitu: sosialisasi, piloting, dan desiminasi.           
Tahap sosialisasi merupakan tapahan penting mengingat masyarakat Indonesia pada umumnya tidak mudah menerima perubahan, tahap piloting merupakan tahap uji coba agar penerapan Menejemen Berbasis Sekolah (MBS) tidak mengandung resiko, efektivitas model uji coba memerlukan persyaratan dasar, yiatu akseptabilitas, akuntabilitas, reflikabilitas dan sustainabilitas.
Tahap poling merupakan tahap uji-coba agar penerapan konsep MBS tidak mengandung risiko. Efektifitas model uji-coba ini memerlukan persyaratan dasar, yaitu akseptabilitas, akuntabilitas, reflikabilitas, dan sustainabilitas. Akseptabilitas artinya adanya penerimaan dari para tenaga kependidikan, khususnya guru dan kepala sekolah. Akuntabilitas artinya program MBS harus dapat dipertanggungjawabkan, baik secara konsep, operasional, pendanaannya. Reflikabilitas artinya model MBS yang diuji-cobakan dapat direfleksikan di sekolah lain sehingga perlakuan yang diberikan kepada sekolah uji-coba dapat dilaksanakan di sekolah lain. Sustainbilitas artinya program tersebut dapat dijaga kesimangbungannya setelah uji0coba dilaksanakan.
Tahap diseminasi merupakan tahapan memasyarakatkan model menejemen MBS yang telah di uji cobakan ke berbagai sekolah agar dapat mengimplementasikannya secara efektifitas dan efisien.         

3) Perangkat implementasi Menejemen Berbasis Sekolah     
Implementasi Menejemen Berbasis Sekolah (MBS) memerlukan seperangkat peraturan dan pedoman-pedoman (guidelines) umum yang dapat dipakai sebagai pedoman dalam perencanaan, monitoring dan evaluasi serta laporan pelaksanaan. Prangkat implementasi ini diperkenalkan sejak awal, melalui pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan sejak pelaksanaan jangka pendek.
Rencana sekolah meruppakan salah satu perangkat terpenting dalam pengelolaan MBS. Rencana sekolah merupakan perencanaan sekolah untuk jangka waktu tertentu yang disusun oleh sekolah sendiri bersama dewan sekolah. Adapun yang terkandung dalam rencana tersebut adalah visi dan misi sekolah, tujuan sekolah, dan prioritas-prioritas yang akan dicapai, serta strategi-strategi untuk mencapainya.

4) Tujuan dan Alasan Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)   
a. Tujuan Implementasi Menejemen Berbasis Sekolah          
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangas dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan tidak teknologi. Manajemen Berbasis Sekolah yang ditandai dengan otonomi sekolah dan pelibatan masyarakat merupakan respons pemerintah terhadap gejala-gejala yang muncul di masyarakat, bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, mutu dan pemerataan pendidikan.
Peningkatan efisiensi, dapat diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya, partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi. Sementara peningkatan mutu, dapat diperoleh melalui partisipasi orang tua terhadap sekolah, fleksibilitas pengelolaan sekolah dan kelas, peningkatan profesionalisme guru dan kepala sekolah, dan berlakunya sistem intensif dan disintensif. Sedangkan partisipasi masyarakat memungkinkan pemerintah lebih berkonsentrasi pada kelompok tertentu. Hal ini dimungkinkan karena pada sebagian masyarakt tumbuh rasa kepemilikikan yang tinggi terhadap sekolah.
Sementara Suryosubroto (2004:2006 dikutip dari www.sarjanaku.com) menjelaskan bahwa konsep Manajemen Berbasis Sekolah memiliki tujuan untuk meningkatkan efektifitas, efisiensi, mutu, dan peningkatan pemerataan pendidikan.
Sementara itu, Nurkolis (2005:23) menjelaskan bahwa tujuan implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah untuk kualitas pembelajaran, kualitas Kurikulum, kualitas sumber daya manusia baik guru maupun tenaga kependidikan lainnya, dan kualitas pelayanan secara umum. Bagi sumber daya manusia, peningkatan kualitas bukan hanya meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya, melainkan meningkatkan kesejahteraannya pula. 

b. Alasan Implementasi Menejemen Berbasis Sekolah          
Menurut bank dunia (dalam Nurkolis dikutip dari www.sarjanaku.com) terdapat beberapa alasan diterapkannya MBS, yaitu alasan ekonomis, politis, profesional, efisiensi administrasi finansial, prestasi siswa, akuntabilitas, dan efektivitas sekolah.
Alasan ekonomis seperti dijelaskan Nurkolis mengutip pendapatnya King dan Ozler (1998) bahwa manajemen total dirasakan lebih efektif, karena semakin ketingkat lokal keputusan diambil, semakin besar kedekatan mereka dengan para pelanggan.
Alasan politis, MBS sebagai bentuk reformasi desentralisasi yang mendorong adanya partisipasi demokratis kestabilan politik. Alasan profesional bahwa tenaga kerja sekolah harus berpengalaman dan memiliki keahlian untuk membuat keputusan pendidikan yang paling sesuai untuk sekolah terutama untuk para siswa.
Alasan efisiensi administrasi karena pengalokasian sumber daya dilakukan oleh sekolah itu sendiri. Data efisiensi administrasi juga didapat apabila partisipan lokal membuat keputusan sendiri. Alasan finansial, karena MBS dapat dijadikan alat untuk meningkatkan sumber pendanaan lokal.
Alasan prestasi siswa, peningkatan prestasi belajar siswa terjadi apabila orang tua siswa atau  guru tetapi otoritas dari sekolah, maka iklim sekolah atau berubah dalam mendukung pencapaian prestasi siswa.
Alasan akuntabilitas sekolah, akan terjadi apabila ada keterlibatan aktor-aktor sekolah dalam pengambilan keputusan dan pelaporannya.
Alasan efektifitas sekolah, penerapan manajemen berbasis sekolah juga untuk mewujudkan sekolah efektif. Mereka mengeksploitasi bagaimana MBS mengarah pada peningkatan karakteristik kunci sekolah efektif yang meliputi kepemimpinan yang kuat, guru-guru yang terampil dan memiliki komitmen, meningkatkan fokus pada pembelajaran dan rasa tanggung jawab terhadap hasil. (Nurkolis, 2004:23).

2.2.3 Manajemen Strategik
2.2.3.1 Definisi Manajemen Strategik
Manajemen Strategik merupakan rangkaian dua perkataan terdiri dari kata “Manajemen” dan “Strategik” yang masing-masing memiliki pengertian tersendiri, yang setelah dirangkaikan menjadi satu terminologi berubah dengan memiliki pengertian tersendiri pula.
Menurut Hadari Nawawi (2005:148-149 dikutip dari lib.uin-malang.ac.id), pengertian manajemen strategik ada 4 (empat). Pengertian pertama Manajemen Strategik adalah “proses atau rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai penetapan cara melaksanakannya, yang dibuat oleh manajemen puncak dan dimplementasikan oleh seluruh jajaran di dalam suatu organiasasi, untuk mencapai tujuannya”. Dari pengertian tersebut terdapat beberapa aspek yang penting, yaitu sebagai berikut.
(a)   Manajemen Strategik merupakan proses pengambilan keputusan.
(b)   Keputusan yang ditetapkan bersifat mendasar dan menyeluruh yang berarti berkenaan  dengan aspek-aspek yang penting dalam kehidupan sebuah organisasi, terutama   tujuannya dan cara melaksanakan atau cara mencapainya.
(c)   Pembuatan keputusan tersebut harus dilakukan atau sekurang-kurangnya melibatkan   pimpinan puncak (kepala sekolah), sebagai penanggung jawab utama pada keberhasilan   atau kegagalan organisasinya.  
(d) Pengimplementasian keputusan tersebut sebagai strategi organisasi untuk mencapai tujuan strategiknya dilakukan oleh seluruh jajaran organisasi (warga sekolah), seluruhnya harus mengetahui dan menjalankan peranan sesuai wewenang dan tanggung jawab masing-masing.  
(e)   Keputusan yang ditetapkan manajemen puncak (kepala sekolah) harus diimplementasikan   oleh seluruh warga sekolah dalam bentuk kegiatan/pelaksanaan pekerjaan yang terarah pada tujuan strategik organisasi.
Pengertian manajemen strategik yang kedua adalah “usaha manajerial menumbuhkembangkan kekuatan organisasi untuk mengeksploitasi peluang yang muncul guna mencapai tujuannya yang telah ditetapkan sesuai dengan misi yang telah ditentukan”.  Dari pengertian tersebut terdapat konsep yang secara relatif luas dari pengertian pertama   yang menekankan bahwa “manajemen strategik merupakan usaha manajerial   menumbuhkembangkan kekuatan organisasi”, yang mengharuskan kepala sekolah dengan   atau tanpa bantuan manajer bawahannya (Wakil Kepala Sekolah, Pembina Osis, Kepala Tata Usaha), untuk mengenali aspek-aspek kekuatan organisasi yang sesuai dengan misinya yang harus ditumbuhkembangkan guna mencapai tujuan strategik yang telah ditetapkan. Untuk setiap peluang atau kesempatan yang terbuka harus dimanfaatkan secara optimal.
Pengertian yang ketiga, Manajemen Strategik adalah “arus keputusan dan tindakan   yang   mengarah   pada   pengembangan   strategi   yang   efektif   untuk   membantu mencapai tujuan organisasi”. Pengertian ini menekankan bahwa arus keputusan dari para pimpinan organisasi (Kepala Dinas, Kepala Sekolah) dan tindakan berupa pelaksanaan keputusan, harus menghasilkan satu atau lebih strategis, sehingga dapat memilih yang paling efektif atau yang paling handal dalam usaha mencapai tujuan organisasi.
Pengertian yang  keempat, “manajemen strategik adalah perencanaan berskala besar (disebut Perencanaan Strategik) yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang   jauh (disebut VISI), dan ditetapkan sebagai keputusan manajemen puncak (keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipil), agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (disebut MISI), dalam usaha menghasilkan sesuatu (Perencanaan Operasional) yang   berkualitas, dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut Tujuan   Strategik) dan berbagai sasaran (Tujuan Operasional) organisasi.” Pengertian yang cukup   luas ini menunjukkan bahwa Manajemen Strategik merupakan suatu sistem yang sebagai   satu kesatuan memiliki berbagai komponen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi, dan bergerak secara serentak ke arah yang sama pula.
Komponen pertama adalah Perencanaan Strategik dengan unsur-unsurnya yang terdiri dari Visi, Misi, Tujuan Strategik organisasi. Sedang komponen kedua adalah Perencanaan Operasional dengan unsur-unsurnya adalah Sasaran atau Tujuan Operasional, Pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen berupa fungsi pengorganisasian, fungsi pelaksanaan dan fungsi penganggaran, kebijaksanaan situasional, jaringan kerja Internal dan eksternal, fungsi kontrol dan evaluasi serta umpan balik.


Di samping itu dari pengertian Manajemen Strategik yang terakhir, dapat disimpulkan beberapa karakteristiknya sebagai berikut.
a.      Manajemen Strategik diwujudkan dalam bentuk perencanaan berskala besar dalam arti mencakup seluruh komponen di lingkungan sebuah organisasi yang dituangkan dalam bentuk Rencana Strategik (RENSTRA) yang dijabarkan menjadi Perencanaan Operasional   (RENOP), yang kemudian dijabarkan pula dalam bentuk program-program kerja.
b.     Rencana Strategik berorientasi pada jangkauan masa depan ( 25 – 30 tahun). Sedang Rencana Operasionalnya ditetapkan untuk setiap tahun atau setiap lima tahun.
c.     VISI, MISI, pemilihan strategik yang menghasilkan Strategi Utama (Induk) dan Tujuan   Strategik Organisasi untuk jangka panjang, merupakan acuan dalam merumuskan   RENSTRA, namun dalam teknik penempatannya sebagai keputusan Manajemen Puncak secara tertulis semua acuan tersebut terdapat di dalamnya.
d.   RENSTRA dijabarkan menjadi RENOP yang antara lain berisi program-program operasional.
e.      Penetapan RENSTRA dan RENOP harus melibatkan Manajemen Puncak (Pimpinan) karena sifatnya sangat mendasar dalam pelaksanaan seluruh misi organisasi.
f.      Pengimplementasian Strategi dalam program-program untuk mencapai sasarannya masing–masing dilakukan melalui fungsi-fungsi manajemen yang mencakup pengorganisasian, pelaksanaan, penganggaran dan kontrol.

2.2.3.2  Dimensi-Dimensi Manajemen Strategik

Berdasarkan pengertian dan karakteristiknya dapat disimpulkan bahwa Manajemen Strategik memiliki beberapa dimensi atau bersifat multidimensional. Dimensi-dimensi tersebut sebagai berikut.

a.      Dimensi Waktu dan Orientasi Masa Depan
Manajemen Strategik dalam mempertahankan dan mengembangkan eksistensi suatu organisasi berpandangan jauh ke masa depan, dan berperilaku proaktif dan antisipatif terhadap kondisi masa depan yang diprediksi akan dihadapi. Antisipasi masa depan tersebut dirumuskan dan ditetapkan sebagai Visi organisasi yang akan diwujudkan 25–30 tahun   lebih di masa depan. Menurut Hadari Nawawi (2005: 155), Visi dapat diartikan sebagai “kondisi ideal yang ingin dicapai dalam eksistensi organisasi di masa depan”.
Sehubungan dengan itu Misi organisasi pada dasarnya berarti keseluruhan tugas pokok yang dijabarkan dari tujuan strategik untuk mewujudkan visi organisasi.

b.      Dimensi Internal dan Eksternal
Dimensi Internal adalah kondisi pendidikan saat sekarang, seperti kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan yang harus diketahui secara tepat. Untuk itu perlu dilakukan kegiatan EVALUASI DIRI antara lain dengan menggunakan Analisis Kuantitatif dengan menggunakan perhitungan-perhitungan statistik, menggunakan data  kuantitatif yang tersedia di dalam Sistem Informasi Manajemen (SIM). Namun kerap kali data kuantitatif tidak memadai, karena lemahnya SIM dalam mencatat, mencari, melakukan penelitian dan mengembangkan data pada masa lalu. Oleh karena itu, kita dapat menggunakan Analisis SWOT.
Dimensi lingkungan eksternal pada dasarnya merupakan analisis terhadap lingkungan sekitar organisasi (sekolah), yang terdiri dari Lingkungan Operasional, Lingkungan Nasional dan Lingkungan Global, yang mencakup berbagai aspek atau kondisi, antara lain kondisi sosial politik, sosial ekonomi, sosial budaya, kemajuan dan perkembangan ilmu dan teknologi, adat istiadat, agama, dll. Pengimplementasian Manajemen Strategik perlu mengidentifikasi dan mendayagunakan kelebihan atau kekuatan dan mengatasi hambatan atau kelemahan organisasi.

c.       Dimensi Pendayagunaan Sumber-Sumber.
Manajemen strategik sebagai kegiatan manajemen tidak dapat melepaskan diri dari kemampuan mendayagunakan berbagai sumber daya yang dimiliki, agar secara terintegrasi terimplementasikan dalam fungsi-fungsi manajemen ke arah tercapainya sasaran yang telah ditetapkan di dalam setiap RENOP, dalam rangka mencapai Tujuan Strategik melalui pelaksanaan Misi untuk mewujudkan Visi Organisasi (sekolah).
Sumber daya yang ada terdiri dari Sumber Daya Material khususnya berupa sara dan prasarana, Sumber Daya finansial dalam bentuk alokasi dana untuk setiap program, Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Teknologi dan Sumber Daya Informasi. Semua sumberdaya ini dikategorikan dalam sumber daya internal, yang dalam rangka evaluasi diri (Analisis Internal) harus diketahui dengan tepat kondisinya.

d.      Dimensi Keikutsertaan Manajemen Puncak (Pimpinan)
Manajemen strategik yang dimulai dengan menyusun Rencana Strategik merupakan pengendalian masa depan organisasi, agar eksistensi sesuai dengan visinya dapat diwujudkan. Rencana Strategik harus mampu mengakomodasi seluruh aspek kehidupan organisasi yang berpengaruh pada eksistensinya di masa depan merupakan wewenang dan tanggung jawab manajemen puncak. Rencana Strategik sebagai keputusan utama yang prinsipil, tidak saja ditetapkan dengan mengikutsertakan, tetapi harus dilakukan secara proaktif oleh manajemen puncak, karena seluruh kegiatan untuk merealisasikannya merupakan tanggung jawabnya.

e.       Dimensi Multi Bidang
Manajemen Strategik sebagai Sistem, pengimplementasiannya harus didasari dengan menempatkan organisasi sebagai suatu sistem. Dengan demikian berarti sebuah organisasi   akan dapat menyusun RENSTRA dan RENOP jika tidak memiliki keterikatan atau ketergantungan sebagai bawahan pada organisasi lain sebagai atasan. Dalam kondisi sebagai bawahan (sekolah merupakan bawahan Dinas P & K) berarti tidak memiliki kewenangan penuh dalam memilih dan menetapkan Visi, Misi, Tujuan dan Strategi. Sekolah hanya berperan sebagai penyusun RENOP dan program tahunan.

Dari uraian tersebut jelas bahwa RENSTRA dan RENOP bersifat multi dimensi, terutama jika perumusan RENSTRA hanya dilakukan pada banyak organisasi non profit termasuk pendidikan yang tertinggi. Dengan dimensi yang banyak tersebut, maka mudah terjadi tidak seluruh dimensi dapat diakomodasi.

2.2.3.3  Keunggulan dan Manfaat Manajemen Strategik Bagi Organisasi Pendidikan
Pengimplementasian Manajemen Strategik melalui perumusan RENSTRA dan RENOP dengan menggunakan strategi tertentu dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, dan   mewujudkan tugas pokok dilingkungan organisasi pendidikan harus diukur dan dinilai keunggulannya. Dari pengukuran tersebut dan seluruh proses pengimplementasiannya,  maka  diketahui manfaat Manajemen Strategik bagi organisasi.
Keunggulan dan Manfaat Manajemen Strategik dalam organasasi pendidikan antara lain sebagai berikut.

a.      Keunggulan Implementasi Manajemen Strategik
Keunggulan implementasi manajemen strategik dapat dievaluasi dengan menggunakan tolok ukur sebagai berikut.
1)        Profitabilitas
Keunggulan ini menunjukkan bahwa seluruh pekerjaan diselenggarakan secara efektif dan efisien, dengan penggunaan anggaran yang hemat dan tepat, sehingga diperoleh profit berupa tidak terjadi pemborosan.

2)      Produktivitas Tinggi
Keunggulan ini menunjukkan bahwa jumlah pekerjaan (kuantitatif) yang dapat diselesaikan cenderung meningkat. Kekeliruan atau kesalahan dalam bekerja semakin berkurang dan kualitas hasilnya semakin tinggi, serta yang terpenting proses dan hasil memberikan pelayanan umum (siswa dan masyarakat) mampu memuaskan mereka.

3)      Posisi Kompetitif
Keunggulan ini terlihat pada eksistensi sekolah yang diterima, dihargai dan dibutuhkan   masyarakat. Sifat kompetitif ini terletak pada produknya (misal : kualitas lulusan) yang memuaskan masyarakat yang dilayani.

4)      Keunggulan Teknologi
Semua tugas pokok berlangsung dengan lancar dalam arti pelayanan umum dilaksanakan secara cepat, tepat waktu, sesuai kualitas berdasarkan tingkat keunikan   dan kompleksitas tugas yang harus diselesaikan dengan tingkat rendah, karena mampu mengadaptasi perkembangan dan kemajuan teknologi.

5)      Keunggulan SDM
Di lingkungan organisasi pendidikan dikembangkan budaya organisasi yang menempatkan manusia sebagai faktor sentral, atau sumberdaya penentu keberhasilan   organisasi. Oleh karena itu SDM yang dimiliki terus dikembangkan dan ditingkatkan   pengetahuan, ketrampilan, keahlian dan sikapnya terhadap pekerjaannya sebagai   pemberi pelayanan kepada siswa.
Bersamaan dengan itu dikembangkan pula kemampuan memecahkan masalah yang   dihadapi oleh sekolah pada masa sekarang dan untuk mengantisipasi masalah-masalah yang timbul sebagai pengaruh globalisasi di masa yang akan datang.

6)      Iklim Kerja
Tolok ukur ini menunjukkan bahwa hubungan kerja formal dan informal dikembangkan sebagai budaya organisasi berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan. Di dalam budaya organisasi pendidikan, setiap SDM sebagai individu dan anggota   organisasi terwujud hubungan formal dan hubungan informal antar personil yang harmonis sesuai dengan posisi, wewenang dan tanggung jawab masing-masing di dalam dan di luar jam kerja.

7)      Etika dan Tanggung Jawab Sosial
Tolok ukur ini menunjukkan bahwa dalam bekerja terlaksana dan dikembangkan etika dan tanggung jawab sosial yang tinggi, dengan selalu mendahulukan kepentingan masyarakat, bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok dan/atau organisasi.
Tolok ukur keunggulan tersebut di atas sangat penting artinya bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sekarang dan di masa mendatang. Untuk itu diperlukan kerjasama dan dukungan masyarakat dalam menumbuhkembangkan organisasi dalam mengimplementasikan Manajemen Strategik secara optimal, agar keunggulan-keunggulan di atas dapat diwujudkan yang hasilnya akan menguntungkan masyarakat pula.

Dalam kenyataan yang pada masa sekarang, bagi organisasi pendidikan (sekolah) kondisi untuk mewujudkan keunggulan tersebut masih menghadapi berbagai dilema. Organisasi pendidikan yang ada pada saat ini secara relatif bersifat konsumtif, sedang untuk melaksakan Manajemen Strategik secara relatif diperlukan dana/anggaran yang tidak sedikit. Dalam kondisi seperti ini sangat diperlukan kemampuan mewujudkan keseimbangan antara kesediaan pemerintah dalam menyediakan dana/anggaran yang memadai, dan dalam menggali serta mengatur pendayagunaan sumber-sumber daya lain, seperti orang tua, masyarakat, pinjaman/bantuan.

b.      Manfaat Manajemen Strategik
Berdasarkan keunggulan yang dapat diwujudkan seperti telah diuraikan di atas, berarti dalam pengimplemantasian Manajemen Strategik di lingkungan organisasi pendidikan terdapat beberapa manfaat yang dapat memperkuat usaha mewujudkannya secara efektif dan efisien. Manfaat yang dapat dipetik adalah : “manajemen strategik dapat mengurangi ketidakpastian dan kekomplekan dalam menyusun perencanaan sebagai fungsi manajemen, dan dalam proses pelaksanaan pekerjaan dengan menggunakan semua sumber daya   yang secara nyata dimiliki melalui proses yang terintegrasi dengan fungsi manajemen yang lainnya dan dapat dinilai hasilnya berdasarkan tujuan organisasi.”
 Secara terinci manfaat manajemen strategik bagi organisasi non profit (pendidikan) adalah sebagai berikut.
1)   Organisasi pendidikan (sekolah) sebagai organisasi kerja menjadi dinamis, karena RENSTRA dan RENOP harus terus menerus disesuaikan dengan kondisi realistik organisasi (analisis internal) dan kondisi lingkungan (analisis eksternal) yang selalu berubah terutama karena pengaruh globalisasi. Dengan kata lain Manajemen Strategik sebagai pengelolaan dan pengendalian yang bekerja secara realistik dalam dinamikanya,  akan selalu terarah pada Tujuan Strategik dan Misi yang realistik pula.
2)        Implementasi Manajemen strategik melalui realiasi RENSTRA dan RENOP berfungsi   sebagai pengendali dalam mempergunakan semua sumber daya yang dimiliki secara terintegrasi dalam pelaksanaan fungsi – fungsi manajemen, agar berlangsung sebagai   proses yang efektif dan efisien. Dengan demikian berarti Manajemen Strategik mampu menunjang fungsi kontrol, sehingga seluruh proses pencapaian Tujuan Strategik dan perwujudan Visi berlangsung secara terkendali.
3)   Manajemen Strategik diimplementasikan dengan memilih dan menetapkan strategi sebagai pendekatan yang logis, rasional dan sistematik, yang menjadi acuan untuk mempermudah perumusan dan pelaksanaan program kerja. Strategi yang dipilih dan   disepakati dapat memperkecil dan bahkan meniadakan perbedaan dan pertentangan   pendapat dalam mewujudkan keunggulan yang terarah pada pencapaian tujuan strategik.
4)        Manajemen Strategik dapat berfungsi sebagai sarana dalam mengkomunikasikan gagasan, kreativitas, prakarsa, inovasi dan informasi baru serta cara merespon perubahan dan perkembangan lingkungan operasional, nasional dan global, pada semua pihak sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya. Dengan demikian akan memudahkan dalam menyepakati perubahan atau pengembangan strategi yang akan dilaksanakan,   sesuai dengan atau tanpa merubah keunggulan yang akan diwujudkan oleh organisasi.
5)        Manajemen Strategik sebagai paradigma baru di lingkungan organisasi pendidikan, dapat mendorong perilaku proaktif semua pihak untuk ikut serta sesuai posisi, wewenang dan tanggungjawab masing – masing. Dengan demikian setiap unit dan atau   satuan kerja akan berusaha mewujudkan keunggulan di bidangnya untuk memperkuat keunggulan organisasi.
6)        Manajemen Strategik di dalam organisasi pendidikan menuntut semua yang terkait untuk ikut berpartisipasi, yang berdampak pada meningkatnya perasaan ikut memiliki   (sense of belonging), perasaan ikut bertanggungjawab (sense of responsibility), dan perasaan ikut berpartisipasi (sense of participation). Dengan kata lain manajemen strategik berfungsi pula menyatukan sikap bahwa keberhasilan bukan sekedar untuk menajemen puncak, tetapi merupakan keberhasilan bersama atau untuk keseluruhan organisasi dan bahkan untuk masyarakat yang dilayani.

Berdasarkan uraian tentang keunggulan dan manfaat manajemen strategik di atas   perlu dipahami bahwa pengimplementasiannya di lingkungan organisasi pendidikan bukanlah jaminan kesuksesan. Keberhasilan tergantung pada SDM atau pelaksananya bukan pada Manajemen Strategik sebagai sarana. SDM sebagai pelaksana harus terdiri dari personil yang profesional, memiliki wawasan yang luas dan yang terpenting adalah memiliki komitmen yang tinggi terhadap moral dan/atau etika untuk tidak   menggunakan manajemen strategik demi kepentingan diri sendiri atau kelompok.


BAB III
SIMPULAN

Dari uraian di atas dapat simpulkan sebagai berikut.

1.       Implementasi model dan strategi implementasi manajemen pendidikan merupakan penerapan model dan strategi yang diterapkan dalam proses manajemen pendidikan. 

2.       Model-Model Manajemen Pendidikan
·         Management by objective dapat juga disebut sebagai manajemen berdasarkan sasaran.
·         Manajemen Berbasis Sekolah merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu dan  efisiensi pendidikan agar dapat mengakomodasi kenginginan masyarakat setempat serta menjalin kerjasama yang erat antara sekolah, masyarakat, dan pemerintah.
·         Manajemen Strategik
Menurut Hadari Nawawi (2005:148-149 dikutip dari lib.uin-malang.ac.id), pengertian manajemen strategik ada 4 (empat).
1.      Pengertian pertama Manajemen Strategik adalah “proses atau rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai penetapan cara melaksanakannya, yang dibuat oleh manajemen puncak dan dimplementasikan oleh seluruh jajaran di dalam suatu organiasasi, untuk mencapai tujuannya”.
2.      Pengertian manajemen strategik yang kedua adalah “usaha manajerial menumbuhkembangkan kekuatan organisasi untuk mengeksploitasi peluang yang muncul guna mencapai tujuannya yang telah ditetapkan sesuai dengan misi yang telah ditentukan”.  Dari pengertian tersebut terdapat konsep yang secara relatif luas dari pengertian pertama   yang menekankan bahwa “manajemen strategik merupakan usaha manajerial   menumbuhkembangkan kekuatan organisasi”, yang mengharuskan kepala sekolah dengan   atau tanpa bantuan manajer bawahannya (Wakil Kepala Sekolah, Pembina Osis, Kepala Tata Usaha), untuk mengenali aspek-aspek kekuatan organisasi yang sesuai dengan misinya yang harus ditumbuhkembangkan guna mencapai tujuan strategik yang telah ditetapkan. Untuk setiap peluang atau kesempatan yang terbuka harus dimanfaatkan secara optimal.
3.      Pengertian yang ketiga, Manajemen Strategik adalah “arus keputusan dan tindakan   yang   mengarah   pada   pengembangan   strategi   yang   efektif   untuk membantu mencapai tujuan organisasi”. Pengertian ini menekankan bahwa arus keputusan dari para pimpinan organisasi (Kepala Dinas, Kepala Sekolah) dan tindakan berupa pelaksanaan keputusan, harus menghasilkan satu atau lebih strategis, sehingga dapat memilih yang paling efektif atau yang paling handal dalam usaha mencapai tujuan organisasi.
4.      Pengertian yang  keempat, “manajemen strategik adalah perencanaan berskala besar (disebut Perencanaan Strategik) yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang   jauh (disebut VISI), dan ditetapkan sebagai keputusan manajemen puncak (keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipil), agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (disebut MISI), dalam usaha menghasilkan sesuatu (Perencanaan Operasional) yang   berkualitas, dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut Tujuan   Strategik) dan berbagai sasaran (Tujuan Operasional) organisasi.” Pengertian yang cukup   luas ini menunjukkan bahwa Manajemen Strategik merupakan suatu sistem yang sebagai   satu kesatuan memiliki berbagai komponen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi, dan bergerak secara serentak ke arah yang sama pula.

3.       Keunggulan Implementasi Manajemen Strategik
Dengan menerapkan Manajemen Strategik, maka organisasi pendidikan (sekolah) akan memiliki keunggulan, antara lain : profitabilitas, produktifitasi tinggi, memiliki posisi kompetitif, keunggulan teknologi, keunggulan Sumber Daya Manusia, Iklim kerja yang  kondusif, etika dan tanggung jawab sosial yang berkembang.

4.       Manfaat Manajemen Strategik
Manfaat yang diperoleh dari implementasi manajemen strategik adalah :
·         Organisasi menjadi dinamis,
·         Fungsi kontrol berjalan dengan efektif dan efisien
·          Meniadakan perbedaan dan pertentangan pendapat dalam mewujudkan keunggulan
·         Memudahkan dalam menyepakati perubahan atau pengembangan strategi yang akan dilaksanakan
·         Mendorong perilaku proaktif bagi semua pihak untuk ikut serta mewujudkan keunggulan
·         Meningkatkan perasaan ikut memiliki, berpartisipasi aktif dan tanggung jawab bagi semua komponen organisasi.


DAFTAR PUSTAKA

Mulyasa, E. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nurkolis. 2005. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: PT Grasindo.
http://noviswan.blogspot.com/2013/01/management-by-objective-mbo-dalam.html
lib.uin-malang.ac.id/thesis/chapter.../06920015-siti-mardiyatul-khoiriyah.ps
(manaj strategi)






0 komentar: