Rabu, 04 Juni 2014

Case Study (Februari '14)



Meneroka Pengalaman dan Pembelajaran Selama Mengajar
 
17 Februari 2014, untuk pertama kalinya saya merasakan menjadi seorang guru yang sebenarnya. Sebelumnya saya pernah mengajar di sebuah bimbingan belajar, tetapi pengalaman yang saya rasakan saat mengajar di bimbel sangat berbeda ketika saya mengajar di sekolah. Ketika di bimbel proses belajar mengajar yang saya lakukan tidak sistematis seperti di sekolah dan di SMP Negeri 17 Banda Aceh inilah pengalaman dan kisah saya menjadi seorang guru dimulai.
Sebelum saya memulai pembelajaran, terlebih dahulu saya menetapkan aturan-aturan selama saya mengajar nantinya. Saya tidak yakin apakah mereka senang atau setuju dengan aturan yang saya buat, mungkin itulah kesalahan pertama saya karena memutuskan sebuah aturan tanpa berdiskusi dengan siswa. Sikap tegas saya tunjukkan ketika saya pertama kali berdiri di depan mereka, mengingat sebagian besar orang mengatakan bahwa kesan pertama sangat menentukan. Jadi, saat pertama kalinya saya bertatap muka langsung pada mereka, saya ingin menunjukkan ketegasan dan kedisiplinan saya selama mengajar dengan harapan setelah kesan pertama ini, saya akan mudah mengontrol dan membimbing mereka.
Di hari pertama saya mengajar, saya belum menemukan kendala. Jika dilihat semua berjalan dengan lancar, tetapi itu hanya anggapan saya ketika itu. Sekarang saya yakin masih banyak kekurangan saya di kala mengajar di hari pertama dan tentunya guru pamong saya lebih mengetahui hal itu daripada saya.
Beberapa hari setelah saya mulai rutin mengajar, saya mulai merasakan kesulitan dalam menghadapi para siswa dan kesulitan itu terus menggerogoti hari-hari saya selama beberapa hari tersebut. Perkiraan saya bahwa kesan pertama saya akan membantu saya selama mengajar ternyata tak sesuai harapan. Di hari pertama dan kedua semuanya terasa lancar, tetapi hari-hari setelah itu saya mulai kewalahan mengatur para siswa. Ketika saya sedang mengajar, kebisingan mereka terus merajalela. Saya tegur mereka sekali, dua kali, tetapi kelas menjadi hening hanya sekitar 2 menit dan setelah itu hiruk pikuk suara mereka kembali terdengar. Karena memikirkan waktu yang terus berjalan, saya tidak lagi menghiraukan keributan mereka. Hanya pada para siswa yang peduli saja saya hiraukan dan pada para siswa yang hanya mengisi waktu dengan bermain dikelas tidak lagi saya hiraukan. Saya menyadari bahwa sistem seperti itu tidak boleh diterapkan pada siswa SMP, harusnya saya bisa merangkul mereka semua kala itu, dan itu menjadi kesalahan saya juga.
Ketika saya menggunakan metode diskusi kelompok dalam pembelajaran, proses pembelajaran tidak berjalan dengan sesuai dengan harapan. Saat itu para siswa semakin tidak bisa dikendalikan. Hanya sebagian dari mereka yang bisa diatur dan selebihnya hanya membuat keributan selama pembelajaran. Dari awal diskusi hingga akhir keributan terus terjadi. Saya senang jika mereka ribut karena diskusi mengenai pembelajaran, tetapi saat itu mereka meributkan hal-hal yang tak berkaitan dengan pembelajaran. Saya bingung bagaimana cara mengontrol mereka. Apakah saya harus bersikap lebih tegas pada mereka? Saya kembali membuat aturan disertai dengan hukuman? Atau harus saya menceramahi mereka setiap kali mereka membuat keributan?
Pernah suatu saat sebagian besar para siswa tidak memperdulikan saya ketika saya sedang menjelaskan materi. Awalnya saya hanya menegur beberapa di antara mereka. Namun, saya merasa kelas itu semakin riuh. Karena mereka seperti tidak menghargai saya di depan, saya mulai bertindak tegas, tetapi bukan dengan fisik karena saya tahu itu tidak diperbolehakan. Saya hanya bertindak dengan lisan. Saya berceramah hingga 15 menit dan ketika itu mereka hanya terpaku membisu mendengarkan semua perkataan saya. Setelah 15 menit berlalu, saya mulai kembali mengajar dan saat itu dalam sekejap mereka semua berubah menjadi anak-anak yang patuh dan aktif. Saya merasa berhasil saat itu, tetapi waktu pembelajaran terpakai selama 15 menit. Saya masih tidak tahu apakah waktu pembelajaran yang terbuang selama 15 menit itu menjadi sia-sia ataukah sebaliknya.
Kendala selanjutnya selama saya mengajar dalam sebulan ini adalah ketika presentasi kelompok. Saat presentasi tidak ada kesulitan yang berarti, tetapi ketika dimulai sesi tanya jawab, mereka mulai menunjukkan ketidakseriusan. Sebagian kelas yang saya ajarkan terlihat tidak ada keaktifan selama dibukanya sesi tanya jawab dan sebagian kelas yang lain terlihat aktif tetapi pertanyaan-pertanyaan yang mereka lontarkan sangat tidak berbobot. Berkali-kali saya mengarahkan mereka saat presentasi dan bertanya jawab, tetapi saat bertanya tetap saja mereka melakukan kesalahan yang sama. Pertanyaan mereka seakan hanya sekedar bertanya tanpa ada tujuan untuk benar-benar memahami apa yang tidak dipahami. Apa mungkin hal itu terjadi karena mereka masih duduk di kelas VII? Yang jelas saat ini saya masih merasa kesulitan mengarahkan mereka. Namun, bukan berarti saya berhenti berusaha. Selama saya menjalani PPL ini dan setelah saya selesai PPL saya akan terus berusaha dan belajar untuk menjadi lebih baik lagi di kemudian hari.

0 komentar: