Meneroka
Pengalaman dan Pembelajaran Selama Mengajar
17
Februari 2014, untuk pertama kalinya saya merasakan menjadi seorang guru yang
sebenarnya. Sebelumnya saya pernah mengajar di sebuah bimbingan belajar, tetapi
pengalaman yang saya rasakan saat mengajar di bimbel sangat berbeda ketika saya
mengajar di sekolah. Ketika di bimbel proses belajar mengajar yang saya lakukan
tidak sistematis seperti di sekolah dan di SMP Negeri 17 Banda Aceh inilah
pengalaman dan kisah saya menjadi seorang guru dimulai.
Sebelum
saya memulai pembelajaran, terlebih dahulu saya menetapkan aturan-aturan selama
saya mengajar nantinya. Saya tidak yakin apakah mereka senang atau setuju
dengan aturan yang saya buat, mungkin itulah kesalahan pertama saya karena
memutuskan sebuah aturan tanpa berdiskusi dengan siswa. Sikap tegas saya
tunjukkan ketika saya pertama kali berdiri di depan mereka, mengingat sebagian
besar orang mengatakan bahwa kesan pertama sangat menentukan. Jadi, saat
pertama kalinya saya bertatap muka langsung pada mereka, saya ingin menunjukkan
ketegasan dan kedisiplinan saya selama mengajar dengan harapan setelah kesan
pertama ini, saya akan mudah mengontrol dan membimbing mereka.
Di
hari pertama saya mengajar, saya belum menemukan kendala. Jika dilihat semua
berjalan dengan lancar, tetapi itu hanya anggapan saya ketika itu. Sekarang
saya yakin masih banyak kekurangan saya di kala mengajar di hari pertama dan
tentunya guru pamong saya lebih mengetahui hal itu daripada saya.
Beberapa
hari setelah saya mulai rutin mengajar, saya mulai merasakan kesulitan dalam
menghadapi para siswa dan kesulitan itu terus menggerogoti hari-hari saya
selama beberapa hari tersebut. Perkiraan saya bahwa kesan pertama saya akan
membantu saya selama mengajar ternyata tak sesuai harapan. Di hari pertama dan
kedua semuanya terasa lancar, tetapi hari-hari setelah itu saya mulai kewalahan
mengatur para siswa. Ketika saya sedang mengajar, kebisingan mereka terus
merajalela. Saya tegur mereka sekali, dua kali, tetapi kelas menjadi hening
hanya sekitar 2 menit dan setelah itu hiruk pikuk suara mereka kembali
terdengar. Karena memikirkan waktu yang terus berjalan, saya tidak lagi
menghiraukan keributan mereka. Hanya pada para siswa yang peduli saja saya
hiraukan dan pada para siswa yang hanya mengisi waktu dengan bermain dikelas
tidak lagi saya hiraukan. Saya menyadari bahwa sistem seperti itu tidak boleh
diterapkan pada siswa SMP, harusnya saya bisa merangkul mereka semua kala itu,
dan itu menjadi kesalahan saya juga.
Ketika
saya menggunakan metode diskusi kelompok dalam pembelajaran, proses
pembelajaran tidak berjalan dengan sesuai dengan harapan. Saat itu para siswa
semakin tidak bisa dikendalikan. Hanya sebagian dari mereka yang bisa diatur
dan selebihnya hanya membuat keributan selama pembelajaran. Dari awal diskusi
hingga akhir keributan terus terjadi. Saya senang jika mereka ribut karena
diskusi mengenai pembelajaran, tetapi saat itu mereka meributkan hal-hal yang
tak berkaitan dengan pembelajaran. Saya bingung bagaimana cara mengontrol
mereka. Apakah saya harus bersikap lebih tegas pada mereka? Saya kembali
membuat aturan disertai dengan hukuman? Atau harus saya menceramahi mereka
setiap kali mereka membuat keributan?
Pernah
suatu saat sebagian besar para siswa tidak memperdulikan saya ketika saya
sedang menjelaskan materi. Awalnya saya hanya menegur beberapa di antara
mereka. Namun, saya merasa kelas itu semakin riuh. Karena mereka seperti tidak
menghargai saya di depan, saya mulai bertindak tegas, tetapi bukan dengan fisik
karena saya tahu itu tidak diperbolehakan. Saya hanya bertindak dengan lisan.
Saya berceramah hingga 15 menit dan ketika itu mereka hanya terpaku membisu
mendengarkan semua perkataan saya. Setelah 15 menit berlalu, saya mulai kembali
mengajar dan saat itu dalam sekejap mereka semua berubah menjadi anak-anak yang
patuh dan aktif. Saya merasa berhasil saat itu, tetapi waktu pembelajaran terpakai
selama 15 menit. Saya masih tidak tahu apakah waktu pembelajaran yang terbuang
selama 15 menit itu menjadi sia-sia ataukah sebaliknya.
Kendala
selanjutnya selama saya mengajar dalam sebulan ini adalah ketika presentasi
kelompok. Saat presentasi tidak ada kesulitan yang berarti, tetapi ketika
dimulai sesi tanya jawab, mereka mulai menunjukkan ketidakseriusan. Sebagian
kelas yang saya ajarkan terlihat tidak ada keaktifan selama dibukanya sesi
tanya jawab dan sebagian kelas yang lain terlihat aktif tetapi
pertanyaan-pertanyaan yang mereka lontarkan sangat tidak berbobot. Berkali-kali
saya mengarahkan mereka saat presentasi dan bertanya jawab, tetapi saat
bertanya tetap saja mereka melakukan kesalahan yang sama. Pertanyaan mereka
seakan hanya sekedar bertanya tanpa ada tujuan untuk benar-benar memahami apa
yang tidak dipahami. Apa mungkin hal itu terjadi karena mereka masih duduk di
kelas VII? Yang jelas saat ini saya masih merasa kesulitan mengarahkan mereka.
Namun, bukan berarti saya berhenti berusaha. Selama saya menjalani PPL ini dan
setelah saya selesai PPL saya akan terus berusaha dan belajar untuk menjadi
lebih baik lagi di kemudian hari.
0 komentar:
Posting Komentar