Karakteristik
Teks Anekdot
Kelucuan dalam
anekdot biasanya disampaikan dengan bahasa yang singkat, tetapi mengena.
Anekdot berisi
cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan, biasanya mengenai
orang penting atau terkenal dan berdasarkan kejadian yang sebenarnya.
Ada pengertian
lain bahwa anekdot dapat merupakan cerita rekaan yang tidak harus didasarkan
pada kenyataan yang terjadi di masyarakat, yang menjadi partisipan atau pelaku
di dalamnya pun tidak harus orang penting.
Teks anekdot
dapat berisi peristiwa-peristiwa yang membuat jengkel atau konyol bagi
partisipan yang mengalaminya. Perasaan jengkel dan konyol seperti itu merupakan
krisis yang ditanggapi dengan reaksi dari pertentangan antara nyaman dan tidak
nyaman, puas dan frustasi, serta tercapai dan gagal.
Contoh
Teks Anekdot
Dosen yang juga Menjadi Pejabat
Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua
orang mahasiswa sedang berbincang-bincang.
Tono : “Saya
heran dengan dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah mau
berdiri.”
Udin : “Ah, begitu saja diperhatikan sih Ton.”
Tono : “Ya, Udin tahu sebabnya.”
Udin : “Barangkali saja, beliau capek atau kakinya
tidak kuat berdiri.”
Tono : “Bukan itu sebabnya, Din. Sebab dia juga seorang
pejabat.”
Udin : “Loh, apa hubungannya.”
Tono : “Ya, kalau dia berdiri, takut kursinya
diduduki orang lain.”
Udin : “???”
Sumber:
http://radiosuaradogiyafm.blogspot.co.id
dengan penyesuaian
Hasil Analisis Teks Anekdot Dosen
yang juga Menjadi Pejabat
Nangka Impor
Seorang teman diplomat yang baru
ditempatkan di Belanda bercerita, Saya pernah makan siang di sebuah restoran
Indonesia sederhana di Amsterdam. Saya kaget, ternyata salah satu menunya ada
masakan gudeg Yogya.
Saya penasaran. Maka langsung saya pesan
satu porsi. Setelah saya ciicipi, percaya atau tidak, ternyata rasanya lebih
enak daripada gudeg di Yogya yang asli! Karena penasaran, maka saya bertanya:
“Mas, apa rahasianya kok gudeg di sini
rasanya lebih enak dibandingkan dengan di tempat aslinya?”
“Oh, itu karena nangkanya, Mas. Di Yogya
kan pakai nangka lokal. Nah kalau kami di sini memakai nangka impor,” jawabnya.
“Emang nangkanya impor dari mana?”
“Dari Yogya, Mas...”
0 komentar:
Posting Komentar