Ulasan
Film Sang Pencerah
Ceritanya
diawali dengan kelahiran Muhammad Darwis, dengan
segala upacara adat Jawa yang mengikuti kelahirannya. Tergambar jelas bahwa
Darwis terlahir dari kalangan berada. Sekitar 30 menit pertama, kita diajak
berlari mengenal semua sosok yang ada di film ini. Sedikit agak melelahkan
memang, karena semua tokoh memiliki peran penting dalam perjalanan hidup Darwis
yang kemudian berganti nama menjadi Ahmad Dahlan setelah pulang dari Mekkah
untuk berhaji.
Ritme Cerita film mulai melambat
menginjak durasi 60 menit. Film ini mulai menampakkan 'kegagahannya'. Di usia
21 tahun, Ahmad Dahlan gelisah
atas pelaksanaan syariat Islam yang melenceng ke arah sesat, Syirik dan Bid'ah.
Dengan sebuah kompas, dia
menunjukkan arah kiblat di Masjid Besar Kauman yang selama ini diyakini ke
barat ternyata bukan menghadap ke Ka'bah di Mekah, melainkan ke Afrika. Usul
itu kontan membuat para kiai, termasuk penghulu Masjid Agung Kauman, Kyai
Penghulu Cholil Kamaludiningrat, meradang. Ahmad Dahlan, anak muda yang lima
tahun menimba ilmu di Kota Mekah, dianggap membangkang aturan yang sudah
berjalan selama berabad-abad lampau. Walaupun usul perubahan arah kiblat ini
ditolak, melalui suraunya Ahmad Dahlan mengawali pergerakan dengan mengubah
arah kiblat yang salah. Ahmad Dahlan dianggap mengajarkan aliran sesat,
menghasut dan merusak kewibawaan Keraton dan Masjid Besar. Bukan sekali ini
Ahmad Dahlan membuat para kyai naik darah. Dalam khotbah pertamanya sebagai
khatib, dia menyindir kebiasaan penduduk di kampungnya, Kampung Kauman,
Yogyakarta. "Dalam berdoa itu cuma ikhlas dan sabar yang dibutuhkan, tak
perlu kiai, ketip, apalagi sesajen," katanya. Walhasil, Dahlan dimusuhi. Langgar
kidul di samping rumahnya, tempat dia salat berjemaah dan mengajar mengaji, Bahkan
sempat hancur diamuk massa lantaran dianggap menyebarkan aliran sesat.
Dahlan, yang piawai bermain biola,
dianggap kontroversial. Ahmad Dahlan juga dituduh sebagai kyai Kafir karena
membuka sekolah yang menempatkan muridnya duduk di kursi seperti sekolah modern
Belanda, serta mengajar agama Islam di Kweekschool
atau sekolah para bangsawan di Jetis, Yogyakarta. Ahmad Dahlan juga dituduh
sebagai kyai Kejawen hanya karena dekat dengan lingkungan cendekiawan priyayi
Jawa di Budi Utomo. Tapi tuduhan tersebut tidak membuat pemuda Kauman itu
surut. Dengan ditemani isteri tercinta, Siti Walidah dan lima murid murid
setianya: Sudja, Sangidu, Fahrudin, Hisyam dan Dirjo, Ahmad Dahlan membentuk
organisasi Muhammadiyah dengan tujuan mendidik umat Islam agar berpikiran maju
sesuai dengan perkembangan zaman.
Dari segi latar tempat dan waktu film Sang Pencerah
sangat terasa nuansa akhir abad 19 yaitu pada masa-masa penjajahan Belanda di
Indonesia. Semua itu terlihat sangat baik, mulai dari tempatnya yang
berlatarkan Jawa kuno terlihat begitu pas dengan waktunya. Apalagi pada saat
bagian di stasiun, semuanya terlihat benar-benar kuno yaitu dari keretanya yang
masih berbahan bakar batu bara. Selain itu budaya Jawa yang tergambarkan dalam
film itu sangat kental, terlihat dari sebagian dialog yang menggunakan bahasa
Jawa dan juga tata karma dalam bersikapnya.
Film Sang Pencerah ini bisa digolongkan
dalam kolosal, karena melibatkan banyak sekali tokoh baik pemain inti maupun
kolosal. Detail emosi dibangun secara detail dan manusiawi oleh Hanung. Dalam
kesabarannya, Ahmad Dahlan digambarkan putus asa, marah, dan sedih hingga
menangis. Adegan ini serta merta bisa membuat penonton meleleh. Sementara tik
tok Hisyam dan Sudja memberikan keceriaan dengan banyolan khas anak muda. Meskipun
film ini berlatarkan tahun 1900-an, tetapi tidak
terjebak dengan pakem-pakem klasik seperti saat Ahmad Dahlan memainkan biolanya
untuk menjelaskan pengertian tentang agama. Film keagamaan ini adalah sebuah
film sejarah. Ahmad Dahlan memang terkenal dengan Muhammadiyahnya, namun
sebenarnya Ahmad Dahlan adalah seorang Pahlawan Nasional. Perjuangannya
sebenarnya bergerak di bidang sosial dan pendidikan seperti yang digambarkan
dalam film. Maka film ini memang benar berusaha untuk mencerahkan. Tak hanya itu,
film ini juga dapat meninspirasikan guru atau calon guru dalam megimplentasikan
metode mendidik yang baik, sebab di dalam film ini juga terkandung nilai-nilai
pendidikan serta nasionalisme yang tinggi.
Film
Sang Pencerah ini tidak kalah menariknya jika dibandingkan dengan film-film islami
lainnya seperti Film Perempuan Berkalung Sorban, Ayat–Ayat Cinta, Ketika Cinta
Bertasbih, Emak Ingin Naik Haji. Hanya saja perbedaannya di antara film
tersebut yaitu ada yang menyampaikan topik tentang ahklak, seperti pesan agar
berbakti kepada orang tua atau mencintai sesama, ada pula beberapa membahas
berbagai isu kontroversi dalam Islam seperti poligami, hak-hak perempuan dan
perbedaan mazhab dalam Islam, sedangkan dalam film ini disuguhkan nilai-nilai pendidikan
dan penyebaran agama Islam. Film Sang Pencerah juga memiliki nilai nasionalisme
yang tinggi yang bergenre sama seperti film Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, dan
Merah Putih
Dari segala sisi film ini sangat bagus, apalagi
untuk para pemuda saat ini agar mengetahui bagaimana perjuangasn seorang Ahmad
Dahlan dalam menegakkan syariat Islam dan juga agar terciptanya
pemimpin-pemimpin yang berani dan siap untuk membela kebenaran. Film yang
mendidik ini sangat berguna bagi kita karena mengandung nilai moral yang tinggi,
sangat sayang jika dilewatkan.
0 komentar:
Posting Komentar