Selasa, 28 Mei 2013

Ulasan Film







Ulasan Film Sang Pencerah

Film Sang Pencerah merupakan sebuah film maha karya sutradara Hanung Bramantyo yang menceritakan tentang sejarah perjuangan hidup Muhammad Darwisy atau yang lebih dikenal dengan KH. Ahmad Dahlan sampai berdirinya organisasi Muhammadiyah. Film yang bertemakan Penyebaran Agama Islam ini mengambil setting pada tahun 1900-an dan dibintangi oleh Lukman Sardi (pemeran KH Ahmad Dahlan), Zaskia Adya Mecca (Nyai Ahmad Dahlan), Ikranegara (Kyai Abu Bakar), Sujiwo Tejo, Giring (KH Sudja, murid KH Ahmad Dahlan) dan sejumlah artis pendukung lain seperti Ikranegara hingga Joshua Suhermanyang berperan sebagai tokoh Hisyam muda. Beberapa budayawan juga terlibat semisal Sitok Srengenge, Bambang Paningron dan Bondan Nusantara. Film ini dirilis pada pertengahan tahun 2010.
Ceritanya diawali dengan kelahiran Muhammad Darwis, dengan segala upacara adat Jawa yang mengikuti kelahirannya. Tergambar jelas bahwa Darwis terlahir dari kalangan berada. Sekitar 30 menit pertama, kita diajak berlari mengenal semua sosok yang ada di film ini. Sedikit agak melelahkan memang, karena semua tokoh memiliki peran penting dalam perjalanan hidup Darwis yang kemudian berganti nama menjadi Ahmad Dahlan setelah pulang dari Mekkah untuk berhaji. 
Ritme Cerita film mulai melambat menginjak durasi 60 menit. Film ini mulai menampakkan 'kegagahannya'. Di usia 21 tahun, Ahmad Dahlan gelisah atas pelaksanaan syariat Islam yang melenceng ke arah sesat, Syirik dan Bid'ah.
Dengan sebuah kompas, dia menunjukkan arah kiblat di Masjid Besar Kauman yang selama ini diyakini ke barat ternyata bukan menghadap ke Ka'bah di Mekah, melainkan ke Afrika. Usul itu kontan membuat para kiai, termasuk penghulu Masjid Agung Kauman, Kyai Penghulu Cholil Kamaludiningrat, meradang. Ahmad Dahlan, anak muda yang lima tahun menimba ilmu di Kota Mekah, dianggap membangkang aturan yang sudah berjalan selama berabad-abad lampau. Walaupun usul perubahan arah kiblat ini ditolak, melalui suraunya Ahmad Dahlan mengawali pergerakan dengan mengubah arah kiblat yang salah. Ahmad Dahlan dianggap mengajarkan aliran sesat, menghasut dan merusak kewibawaan Keraton dan Masjid Besar. Bukan sekali ini Ahmad Dahlan membuat para kyai naik darah. Dalam khotbah pertamanya sebagai khatib, dia menyindir kebiasaan penduduk di kampungnya, Kampung Kauman, Yogyakarta. "Dalam berdoa itu cuma ikhlas dan sabar yang dibutuhkan, tak perlu kiai, ketip, apalagi sesajen," katanya. Walhasil, Dahlan dimusuhi. Langgar kidul di samping rumahnya, tempat dia salat berjemaah dan mengajar mengaji, Bahkan sempat hancur diamuk massa lantaran dianggap menyebarkan aliran sesat.
Dahlan, yang piawai bermain biola, dianggap kontroversial. Ahmad Dahlan juga dituduh sebagai kyai Kafir karena membuka sekolah yang menempatkan muridnya duduk di kursi seperti sekolah modern Belanda, serta mengajar agama Islam di Kweekschool atau sekolah para bangsawan di Jetis, Yogyakarta. Ahmad Dahlan juga dituduh sebagai kyai Kejawen hanya karena dekat dengan lingkungan cendekiawan priyayi Jawa di Budi Utomo. Tapi tuduhan tersebut tidak membuat pemuda Kauman itu surut. Dengan ditemani isteri tercinta, Siti Walidah dan lima murid murid setianya: Sudja, Sangidu, Fahrudin, Hisyam dan Dirjo, Ahmad Dahlan membentuk organisasi Muhammadiyah dengan tujuan mendidik umat Islam agar berpikiran maju sesuai dengan perkembangan zaman.
Dari segi latar tempat dan waktu film Sang Pencerah sangat terasa nuansa akhir abad 19 yaitu pada masa-masa penjajahan Belanda di Indonesia. Semua itu terlihat sangat baik, mulai dari tempatnya yang berlatarkan Jawa kuno terlihat begitu pas dengan waktunya. Apalagi pada saat bagian di stasiun, semuanya terlihat benar-benar kuno yaitu dari keretanya yang masih berbahan bakar batu bara. Selain itu budaya Jawa yang tergambarkan dalam film itu sangat kental, terlihat dari sebagian dialog yang menggunakan bahasa Jawa dan juga tata karma dalam bersikapnya.
Film Sang Pencerah ini bisa digolongkan dalam kolosal, karena melibatkan banyak sekali tokoh baik pemain inti maupun kolosal. Detail emosi dibangun secara detail dan manusiawi oleh Hanung. Dalam kesabarannya, Ahmad Dahlan digambarkan putus asa, marah, dan sedih hingga menangis. Adegan ini serta merta bisa membuat penonton meleleh. Sementara tik tok Hisyam dan Sudja memberikan keceriaan dengan banyolan khas anak muda. Meskipun film ini berlatarkan tahun 1900-an, tetapi tidak terjebak dengan pakem-pakem klasik seperti saat Ahmad Dahlan memainkan biolanya untuk menjelaskan pengertian tentang agama. Film keagamaan ini adalah sebuah film sejarah. Ahmad Dahlan memang terkenal dengan Muhammadiyahnya, namun sebenarnya Ahmad Dahlan adalah seorang Pahlawan Nasional. Perjuangannya sebenarnya bergerak di bidang sosial dan pendidikan seperti yang digambarkan dalam film. Maka film ini memang benar berusaha untuk mencerahkan. Tak hanya itu, film ini juga dapat meninspirasikan guru atau calon guru dalam megimplentasikan metode mendidik yang baik, sebab di dalam film ini juga terkandung nilai-nilai pendidikan serta nasionalisme yang tinggi.
Film Sang Pencerah ini tidak kalah menariknya jika dibandingkan dengan film-film islami lainnya seperti Film Perempuan Berkalung Sorban, Ayat–Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, Emak Ingin Naik Haji. Hanya saja perbedaannya di antara film tersebut yaitu ada yang menyampaikan topik tentang ahklak, seperti pesan agar berbakti kepada orang tua atau mencintai sesama, ada pula beberapa membahas berbagai isu kontroversi dalam Islam seperti poligami, hak-hak perempuan dan perbedaan mazhab dalam Islam, sedangkan dalam film ini disuguhkan nilai-nilai pendidikan dan penyebaran agama Islam. Film Sang Pencerah juga memiliki nilai nasionalisme yang tinggi yang bergenre sama seperti film Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, dan Merah Putih
Dari segala sisi film ini sangat bagus, apalagi untuk para pemuda saat ini agar mengetahui bagaimana perjuangasn seorang Ahmad Dahlan dalam menegakkan syariat Islam dan juga agar terciptanya pemimpin-pemimpin yang berani dan siap untuk membela kebenaran. Film yang mendidik ini sangat berguna bagi kita karena mengandung nilai moral yang tinggi, sangat sayang jika dilewatkan.

0 komentar: