Senin, 15 April 2013

Essai

                                   Budaya Antre yang Semrawut

“Budayakan Antre”, dua kata yang yang tak asing lagi di telinga kita. Namun sangat disayangkan slogan tersebut hanyalah sekedar ‘pemanis’ dalam salah satu kebudayaan bangsa Indonesia ini. Implementasi antre itu sendiri jarang dilakukan. Semakin berubahnya zaman, semakin memudar pula budaya antre.
Rakyat Indonesia sebenarnya mengerti apa itu antre, bagaimana cara mengantre, dan apa tujuan mengantre, tetapi mereka tidak menerapkannya dengan baik dalam kehidupan sehari-hari tanpa adanya pengawasan atau denda. Seakan-akan antre adalah perbuatan yang sangat sulit untuk dilakukan. Jika hal ini terus terjadi, budaya antre akan punah total.
Pada hakikatnya mengantre merupakan perbuatan yang sederhana, mudah, dan bermanfaat. Satu perbuatan mengandung berbagai manfaat yang luar biasa, yaitu hanya dengan mengantre akan melatih sikap dan sifat sabar, melatih diri untuk tidak egois, belajar tertib, belajar menghargai orang lain, berlaku sopan, menanamkan rasa malu untuk mengambil hak orang lain, menanamkan sikap tepat waktu, menampakkan budaya rapi, dan lain sebagainya.
Di negara luar, budaya antre diterapkan dengan sangat baik. Salah satunya saja seperti di Taiwan. Tidak hanya dikenal sebagai negara yang memiliki keunggulan dalam riset dan inovasi produk, tetapi negara ini juga dikenal sebagai Queueing Master (Master Antri). Masyarakat Taiwan membudidayakan antre dengan sangat baik. Mereka bahkan mengantre secara otomatis tanpa harus ada yang mengarahkan atau mengatur barisan antrean. Dimana pun, kapanpun, dan apapun mereka secara otomatis membentuk barisan antrean secara disiplin.
Orang Indonesia yang datang langsung ke sana akan takjub melihat kedisiplinan mereka dalam hal mengantre. Hebatnya lagi, orang-orang Indonesia yang sering menyerobot barisan ketika mengantre, akan berubah menjadi disiplin ketika mengantre di Taiwan, karena akan merasa malu jika menerapkan kebiasaan buruk mengantre di negara Queueing Master tersebut. Ini bukanlah hal-hal fiktif, tetapi fakta dan masih terjadi hingga sekarang.
Dalam hal mengantre kita juga bisa meniru segerombolan semut. Hewan kecil ini sangat piawai dalam mengatur barisannya. Tampak rapi dan teratur ketika para serangga kecil ini merayap. Semestinya kita malu dengan semut. Hewan yang tiada pikiran saja mampu bersikap teratur, malah sebaliknya kita yang berakal tidak mempunyai kesadaran tinggi untuk hidup teratur.
Sangat Indah terlihat jika di negara kita juga menerapkan kedisiplinan yang tinggi. Tidak adanya kerapian tanpa adanya budaya antre. Kenyataannya negara kita sangat jauh tertinggal dalam hal ketaatan pada peraturan terutama dalam kedisiplinan mengantre. Masih banyak rakyat Indonesia yang mendominasi kepentingan individu. Hal tersebut terlihat ketika mengantre di jalan raya. Contohnya saja di Banda Aceh yang tidak jarang mengalami kemacetan lalu lintas terlebih ketika pagi dan sore hari. Semua orang terlihat terbaru-buru seakan dikejar waktu, bahkan saat lampu merah pengemudi berhenti melewati batas garis pemberhentian. Jika ada yang tidak melewati batas garis pemberhentian, para pengemudi yang berada di belakang akan berklekson ria menyuruh untuk maju atau ada yang langsung menyelip ke depan. Terlebih ketika lampu hijau menyala, suara-suara klekson kendaraan akan bersahut-sahutan dan tak sedikit pula yang menerobos jalan. Hal-hal tersebut sangat membahayakan baik si pengendara maupun semua pengguna jalan. Itu hanyalah sepenggal fakta yang terjadi di sekitar kita, belum lagi yang terjadi ketika mengantre pembayaran rekening listrik, mengantre di loket rumah sakit, loket kereta api, dan lain sebagainya.
Memudarnya budaya antre ini tidak lain juga disebabkan oleh membudayanya ‘jam karet’ di Indonesia. Orang Indonesia sebagian besar menyepelekan waktu sehingga tidak memperhitungkan waktu untuk mengantre. Karena merasa terbaru-buru dan dikejar waktu akibat membiasakan jam karet, kedisiplianan dalam mengatre pun tidak lagi dihiraukan.
Hal yang perlu dilakukan dalam membudi daya antre adalah dengan membiasakan diri untuk sabar dan tidak egois. Tanpa disadari, hal-hal kecil positif yang kita biasakan, akan banyak bermanfaat dalam berbagai situasi, terutama dalam mengantre. Selain itu pula kebiasaan dan kesadaran tersebut harus ditamankan dalam diri, sebab pada hakikatnya kebiasaan merupakan pengulangan yang berpola. Buang mengulang yang negatif yang pasti merugikan, ulangi pola yang positif, maka kebiasaan akan menjadi kekuatan yang membangun.  

oleh: Tara Astika

Jumat, 05 April 2013

Love Poetry



Patah Hati




Jiwa tiada berdaya tanpa kasihmu

Raga terasa lelah tuk berdiri

Hati terasa rapuh dalam ketegaran

Pikiran menerawang jauh ke angan cintaku



Luka hati tiada terperi

Tercabik jiwaku

Lemahku tak berdaya

Kau pergi menyisakan sejuta luka dihatiku


goresan pena: Tara Astika

Pengantar Manajemen Pendidikan



Manajemen Pendidikan

Konsep manajemen
1.  Menurut Harold Koontz & Hein Weirich (1988:4), Manajemen adalah proses mendesain dan memelihara lingkungan dimana orang-orang bekerja bersama dalam kelompok-kelompok untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu secara efisien.
2.  George R.Terry (kamus Manajement :290), Manajemen adalah pencapaian sesuatu tujuan yang telah ditentukan sebelumnya melalui usaha-usaha orang lain.
3.  Joseph L. Massie (1983):4), Manajemen diartikan sebagai kelompok khusus orang-orang yang tugasnya mengarahkan daya upaya dan aktivitas orang lain pada sasaran yang sama.
4.  M. H. Meschon. M. Albert & F. Khedouri (Stoner: 1992 :7), Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian upaya anggota organisasi dan proses semua lain-lain sumber daya organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
5. Sondang Siagian (Soebagio Atmodiwirjo, 2000:4), Manajemen adalah suatu proses untuk menyelesaikan sesuatu melalui orang lain.
        Dari berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengendalian dan pengawasan sumber daya manusia atau sumber daya lainnya terhadap suatu kegiatan atau organisasi guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Konsep manajemen pendidikan
1. Menurut Syarif (1976:7) manajemen pendidikan adalah segala usaha bersama untuk mendayagunakan sumber-sumber (personil maupun materiil) secara efektif dan efisien untuk menunjang tercapainya pendidikan.
2.    Menurut Purwanto dan Djojopranoto (1981:14), manajemen pendidikan merupakan suatu usaha bersama yang dilakukan untuk mendayagunakan semua sumber daya baik manusia, uang, bahan dan peralatan serta metode untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
3.    Menurut Made Pidarta, (1988:4). Manajemen Pendidikan adalah aktivitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya.
4. Menurut Biro Perencanaan Depdikbud, (1993:4). Manajemen pendidikan ialah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin, mengendalikan tenaga pendidikan, sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan, mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan, keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, mandiri, serta bertanggung jawab kemasyarakat dan kebangsaan.
5.   Menurut Hadari Nawawi (1981: 11) : Manajemen pendidikan adalah rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan, secara berencana dan sistematis yang diselenggarakan di lingkungan tertentu, terutama lembaga pendidikan formal.
      Jadi, dapat disimpulkan bahwa manajemen pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan atau pengendalian segala sumber daya dan tenaga kependidikan yang dilakukan secara terencana, sistematis, efektif, dan efisien dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Tujuan mempelajari manajemen pendidikan
1. Menurut Chairul Effendi, tujuan pokok mempelajari manajemen pendidikan adalah untuk memperoleh cara, teknik, metode yang digunakan sebaik-baiknya sehingga sumber-sumber yang terbatas (seperti: tenaga, biaya dll) dapat dimanfaatkan secra efektif, efesien dan produktif untuk mencapai tujuan pendidikan.
2.      Menurut P. Siagian, tujuan guru mempelajari manajemen pendidikan, yaitu:


  • Mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif, inofatif, kreatif, efektif,         menyenangkan dan bermakna
  • Menciptakan peserta didik yang aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.


  • Memenuhi salah satu dari 4 (empat) kopetensi tenaga kependidikan serta tertunjangnya kopetensi manajerial tenaga kependidikan sebagai manajer.


  • Mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
  • Membekali tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan tugas administrasi pendidikan (tertunjangnya profesi sebagai manajer atau konsultan manajemen pendidikan).


        Maka dapat kita disimpulkan bahwa tujuan mempelajari manajemen pendidikan adalah agar calon guru nantinya memiliki kompetensi menjadi seorang menejer yang ahli di kelasnya  (memiliki kompetensi menejerial kependidikan) sehingga dapat merencanakan, mengorganisasikan, menyusun, mengendalikan, serta mengawasi jalannya berbagai kegiatan pembelajaran dalam pencapaian tujuan yang efektif, efisien, dan produktif.
Unsur-unsur Manajemen Pendidikan
Menurut Harrington Emerson dalam Phiffner John F. dan Presthus Robert V. manajemen mempunyai lima unsur (M), yaitu :
1. Men
2. Money
3. Materials
4. Machines, and
5. Methods.
Peterson O.F., member of Indiana Univercity memasukkan unsur mesin ke dalam material dan metode diberi istilah the use sehingga katanya, "Managements is the use of man, money and materials to achieve a common goal".
Ada lagi seorang ahli bernama Mooney James D., ia memasukkan unsur-unsur uang, material dan mesin ke dalam istilah yang disebut fasilitas sehingga unsur-unsur manajemen adalah:
1. Men
2. Facilities
3. Methode

Sedangkan menurut George R. Terry dalam bukunya Principle of Management mengatakan, ada enam unsur-unsur  pokok dari manajemen, yaitu :
1)      men, tenaga kerja manusia, baik tenaga kerja eksekutif maupun operatif
2)      money, uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan
3)      methods, cara-cara yang dipergunakan dalam mencapai tujuan
4)      materials, bahan-bahan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan,
5)      machines, mesin-mesin atau alat-alat yang diperlukan/dipergunakan untuk mencapai tujuan
6)      markets, pasar untuk menjual output dan jasa-jasa yang dihasilkan.

Ada pula yang mengatakan bahwa unsure-unsure manajemen pendidikan meliputi:
1)      Anak didik : pihak yang menjadi obyek utama pendidikan
2)      Pendidik : pihak yang menjadi subyek dari pelaksanaan pendidikan
3)      Materi : bahan atau pengalaman belajar yang disusun menjadi kurikulum
4)      Alat pendidikan: tindakan yang menjdi kelamgsungan mendidik
5)      Lingkumgan : keadaan yang berbengaruh terhadap hasil pendidikan
6)  Dasar dan landasan pendidikan : landasan yang menjadi fundamental dari segala kegiatn pendidikan.
Dari berbagai pandangan para ahli di atas menunjukkan manusia merupakan unsur manajemen yang pokok. Manusia tidak dapat disamakan dengan benda, ia mempunyai peranan, pikiran, harapan serta gagasan. Reaksi psikisnya terhadap keadaan sekeliling dapat menimbulkan pengaruh yang lebih jauh dan mendalam serta sukar untuk diperhitung secara seksama. Oleh karena itu, manusia perlu senantiasa diperhatikan untuk dikembangkan ke arah yang positif sesuai dengan martabat dan kepribadiannya sebagai manusia.

Prinsip-Prinsip Manajemen Pendidikan
Douglas (1963:13-17) merumuskan prinsip-prinsip manajemen pendidikan sebagai berikut :
1.      Memprioritaskan tujuan di atas kepentingan pribadi dan kepentingan mekanisme kerja.
2.      Mengkoordinasikan wewenang dan tanggung jawab
3.      Memberikan tanggung jawab pada personil sekolah hendaknya sesuai dengan sifat-sifat dan kemampuannya
4.      Mengenal secara baik faktor-faktor psikologis manusia
5.      Relativitas nilai-nilai
Drucker (1954) melalui MBO (management by objective) memberikan gagasan prinsip manajemen berdasarkan sasaran sebagai suatu pendekatan dalam perencanaan. Penerapan pada manajemen pendidikan adalah bahwa kepala dinas memimpin tim yang beranggotakan unsur pejabat dan fungsional dinas, dan lebih baik terapat stakeholders untuk merumuskan visi, misi dan obadanya jektif dinas pendidikan.
Pada tingkat sekolah, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, siswa, orang tua siswa, masyarakat dan stakeholders duduk bersama membahas rencana strategis sekolah dengan mengembangkan tujuh langkah MBO yaitu:
1.      Menentukan hasil akhir apa yang ingin dicapai sekolah
2.      Menganalisis apakah hasil akhir itu berkaitan dengan tujuan sekolah
3.      Berunding menetapkan sasaran-sasaran yang dibutuhkan
4.      Menetapkan kegiatan apa yang tepat untuk mencapai sasaran
5.      Menyusun tugas-tugas untuk mempermudah mencapai sasaran
6.      Menentukan batas-batas pekerjaan dan jenis pengarahan yang akan dipergunakan oleh atasan
7.      Lakukan monitoring dan buat laporan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip manajemen pendidikan adalah sebagai berikut.
·         Adanya tujuan yang ingin dicapai
·         Adanya pembagian kerja
·         Adanya wewenang dan tanggung jawab
·         Adanya ketertiban dan kedisiplinan
·         Adanya kejujuran dan semangat kerja
·         Adanya kerja sama
·         Mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi
·         Adanya pemimpin (kesatuan arahan)


Makna Manajemen Pendidikan
1.  Manajemen pendidikan mempunyai pengertian kerjasama untuk mencapa tujuan pendidikan. Seperti kita ketahui, tujuan pendidikan itu merentang daru tujuan yang sederhana sampai dengan tujuan yang kompleks, tergantung lingkup dan tingkat pengertian pendidikan mana yang dimaksud.
2.     Manajemen pendidikan mengandung pengertian proses untuk mencapai tujuan pendidikan. Proses itu dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemantauan, dan penilaian.
a.       Perencanaan
Meliputi kegiatan menetapkan apa yang ingin dicapai, bagaimana mencapai, berapa lama, berapa orang yang diperlukan dan berapa banyak biayanya. Perencanaan itu dibuat sebelum suatu tindakan dilaksanakan.
b.      Pengorganisasian
Diartikan sebagai kegiatan membagi tugas – tugas kepada orang yang terlibat kerjasama pendidikan tadi. Karena tugas yang demikian banyak dan tidak dapat diselesaikan oleh satu orang saja, maka tugas – tugas dibagi untuk dikerjakan masing – masing anggota organisasi.
c.       Pengkoordinasian
Mengandung makna menjaga agra tugas – tugas yang telah dibagi itu dapat dikerjakan menurut kehendak yang mengerjakannya saja, tetapi menurut aturan sehingga menyumbang terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dan disepakati.
d.      Pengarahan
Pengarahan diperlukan agar kegiatan yang dilakukan bersama itu tetap melalui jalur yang telah ditetapkan, tidak terjadi penyimpangan yang dapat menimbulkan terjadinya pemborosan.
e.       Pemantauan
Yaitu suatu kegiatan untuk mengumpulkan data dalam usaha mengetahui sudah sampai seberapa jauh kegiatan pendidikan yang telah mencapai tujuannya, dan kesulitan apa yang ditemui dalam pelaksanaan itu. Dengan perkataan lain, kegiatan pemantauan atau monitoring adalah kegiatan untuk mengumpulkan data tentang penyelenggaraan suatu proses pencapaian tujuan.